Joeragan artikel

Yang Tak Akan Kembali

Amazingdhee

“Ma, nanti jadi nonton film?”

“Iya, habis Magrib. Setelah Mama pulang kantor, ya.”

“Asyik!” teriakku girang sambil berlari kecil menuju kamar Mbak Rida.

Kubuka pintu kamar, lalu melompat ke atas peraduan, memeluk Mbak Rida yang sedang tengkurap membaca buku.

“Duh! Bikin kaget saja!” teriak Mbak Rida.

“Maaf. Aku lagi senang, Mbak. Nanti malam habis Magrib, kita jadi lo nonton sama Mama.”

“Yakin?” tanya Mbak Rida.

“Yakin dong. Tadi Mama bilang gitu, Mbak.”

“Mbak nggak yakin. Mama terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Coba diingat, berapa kali Mama ingkar janji pada kita?” ucap Mbak Rida sambil kembali fokus pada bacaannya.

Aku termenung. Dalam hati membenarkan apa yang Mbak Rida katakan. Mama terlalu sibuk mengejar karier. Waktu untuk kami, dua anaknya, nyaris tidak ada. Bahkan, sering membatalkan janji dengan kami.

Kecewa? Jelas. Bahkan kami sering mengeluarkan protes pada Mama.

“Mama ini single parent, Nak. Tolong kalian pahami. Mama menjadi tulang punggung keluarga. Banting tulang untuk kalian berdua.”

Selalu begitu alasan Mama. Kami berdua harus memahami beliau.

Dengan langkah gontai, aku berjalan menuju kamarku. Mengingat kembali janji-janji Mama yang selalu dia ingkari.

Nasibku tak seberuntung Mbak Rida. Dia masih mengenal Papa. Sedangkan aku? Sejak dilahirkan hingga kini usia enam tahun, aku hanya bisa memandang foto Papa dan berziarah ke kuburnya.

Tiba-tiba mataku memanas, kesedihan memuncak. Napasku tersengal-sengal. Lalu ….

“Ma, jadi nonton? Mama?” tanyaku sambil berdiri di samping Mama yang sedang menutup wajahnya.

“Ma …,” aku mencoba menyentuhnya, tapi … tanganku hanya melewati badannya. Tanganku menembusnya!

Aku terbelalak! Ada apa denganku?

Lalu terdengar suara Mbak Rida.

“Ma, tamu sudah pada berdatangan. Yuk, keluar, Ma. Ikhlaskan Rio. Dia sudah tenang di sana. Sudah tidak merasakan sakit asmanya lagi,” terbata-bata Mbak Risda berucap.

“Mama menyesal, Nak. Mama tidak perhatian pada kalian semua. Terutama pada Rio yang membutuhkan perlakuan khusus. Mama menyesal.”

Aku hanya terpana melihat kedua orang yang sangat aku cintai saling berpelukan dalam tangis.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

× Hubungi Kami