Joeragan artikel

Tragedi Ari dan Tanti

Tanti masih saja resah dengan kejadian kemarin. Aliran listrik di rumahnya dicabut, lantaran Ari tak sanggup membayar listrik.
Ari di PHK enam bulan lalu. Sampai saat ini belum juga mendapat pekerjaan.

“Mas, sampai kapan kita akan gelap-gelapan begini? Usahalah mas, cari kerja!” tegas Tanti.

Ari menarik napas panjang mendengar suara istrinya yang keras itu.

“Sabar, Tanti. Mas kan sudah berusaha kesana-kemari, kalau belum dapat kerja juga mau bagaimana lagi,” jawab Ari lembut.

……
Keesokan harinya seperti biasa Ari berusaha mencari pekerjaan. Beberapa perusahaan dia datangi, namun belum ada juga titik terang.

Jadi malas pulang. Pasti sampai di rumah nanti, istriku selalu tak sabar menanyakanku sudah dapat pekerjaan apa belum, gumam Ari.

Tiba-tiba, ketika Ari mau mengendarai motornya, ada yang memukul pundaknya dari belakang.

“Hai Ari, kamu dari mana? Kamu mau kerja di perusahaan properti, enggak? Ada yang butuh karyawan, lo!” sapa Toni.

Dengan wajah yang berseri-seri, Ari bertanya dengan serius.

“Hai, Ton. Wah, di mana? Aku mau melamar, minta alamatnya, ya,” tanya Ari.

Setelah lama mereka berbincang, Ari pun bergegas pulang dengan niat sesampai di rumah, ia akan membuat surat lamaran lagi untuk melamar besok.

“Dari mana aja sih, Mas? Kok, lama sekali pulangnya! Sudah dapat pekerjaan belum? Uang semakin menipis, Mas!” ucap Tanti dengan suara keras.

“Dua minggu lagi kita harus membayar kontrakan rumah, mau bayar pakai apa, Mas!” ucap Tanti dengan suara meninggi.

Ari terkejut mendengar bentakan Tanti. Emosinya pun tak tertahankan lagi.

“Suami pulang usaha cari kerja, bukannya disambut, malah dibentak!” tegas Ari.

“Tapi kamu dapat kerja enggak!” ucap Tanti.

“Ya, belum. Aku kan sudah usaha, kamu sabar, dong!” ucap Ari dengan nada tinggi.

Tanti terdiam dengan suara keras Ari. Hatinya berkecamuk.

…….

Keesokan harinya, Ari berangkat ke tempat lowongan itu.
Berbagai tanya jawab antara Ari dan bos di kantor itu, akhirnya Ari diterima bekerja di perusahaan itu.

“Selamat ya, Pak. Mulai besok Bapak sudah mulai kerja di sini,” ujar bos itu.

Ari begitu senangnya mendengar pembicaraan bosnya itu. Dengan wajah berseri-seri dia pulang ke rumah.

“Dek, Mas besok sudah mulai kerja,” ucap Ari dengan wajah sumringah.

Tanti tak menanggapi ucapan suaminya. Dia hanya diam sambil merapikan meja makannya. Ari sebenarnya terkejut melihat air muka istrinya yang tanpa ada rasa senang, tetapi dia terlalu bahagia untuk memikirkannya.

…….

Pagi ini, hari pertama Ari mulai kerja. Dia bergegas menuju kantornya.

“Mas berangkat, ya,” pamit Ari pada istrinya.
Tanti hanya diam tiba menjawab ucapan suaminya.

“Minum dulu, tuh. Enggak ada makanan, uang habis!” ucap Tanti tiba-tiba.

Ari tak menghiraukan ucapan Tanti, dia langsung bergegas pergi dengan roda duanya.

……

Hari demi hari prestasi Ari semakin diakui oleh bosnya. Ada kepuasan tersendiri di hati Ari dengan sikap bosnya yang semakin perhatian padanya.

“Pak Ari, dengan prestasi Bapak di sini, Bapak boleh kredit rumah di perusahaan kita ini. Bapak bisa mencicil rumah dengan beberapa tahun dengan cara potong gaji saja, ya. Jadi, Bapak tak perlu mengontrak rumah lagi,” ujar bosnya.
Ari tak menyangka apa yang telah dikatakan bosnya itu.

“Wah, terima kasih, Pak. Saya akan cerita dengan istri saya,” ucap Ari penuh bahagia.

Ini surprise buat istriku. Dia tidak akan marah lagi padaku, guman Ari sumringah.

Begitu jam pulang kantor, tak biasanya Ari pulang cepat. Selama ini dia suka mampir nongkrong di Mall atau di warung kopi.

“Assalamualaikum …”
“Tanti …”

Ari berteriak ke sekeliling rumah, tetapi dia tak menemukan Tanti. Rumah kosong. Lemari di kamarnya terbuka lebar. Dia lihat semua baju Tanti kosong. Koper di atas lemari pun tak ada.
Tiba-tiba Bu Rina, tetangga sebelah rumah datang ke rumah.

“Assalamualaikum, Pak Ari. Bu Tanti meminta tolong saya untuk menyampaikan pesan bahwa dia pamit pergi,” ujar Rina.

“Lo, pergi ke mana Bu? Pergi dengan siapa?” ucap Ari kebingungan.

“Enggak tau Saya, Pak. Tadi pergi dengan seorang laki-laki berdua saja,” ucap Rina bingung.

Mata Ari nanar, kebahagiaan yang dia bayangkan akan memiliki rumah bersama istrinya itu, hilang seketika karena kepergian Tanti dengan seorang laki-laki yang tidak dia kenal.

#633kata
#fikminJA
#timganjil.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

× Hubungi Kami