Namaku Agniya, dipanggil Iya. Saat ini aku berumur dua puluh tiga tahun. Profesiku sebagai fotografer.
Rumahku menjadi satu dengan studio foto. Setiap hari selalu ada yang minta difoto. Seperti foto identitas, foto model, foto keluarga serta foto acara lainnya.
Aku bekerja hampir 18 jam sehari. Waktu istirahat, aku habiskan dengan makan makanan yang enak dan merokok. Merokok, bagiku sebuah inspirasi. Aku ditemani seekor kucing. Ia kuberi nama Velly. Disela istirahat, aku juga memberi makan Velly dan bercanda dengannya.
“Lelah,” kataku seorang diri.
Meski badan ini diterpa lelah, tetapi aku selalu bergegas membereskan pekerjaan photo editing. Suatu waktu, ketika aku membuka file foto salah seorang klien, ada satu foto terjatuh ke lantai.
Aku mengambil dan melihat foto itu. Sebuah foto pakaian ala kolonial. Perlahan kusentuh, dan aku merasa tanganku ditarik masuk ke dalam foto itu.
Tubuhku terkulai di lantai.
Saat terbangun, dan membuka mata. Aku berada di atas kasur beralaskan kain sutra.
“Selamat pagi, Baginda Ratu,” seorang pelayan datang menyapaku.
Aku hanya diam dan tercengang.
“Hamba sudah menyiapkan air mandi dan pakaian untuk Baginda Ratu. Baginda Ratu dipersilakan bersiap diri, lalu sarapan bersama Baginda Raja di ruang makan,” lanjut pelayan itu menjelaskan sesuatu yang tak kupahami.
Namun, aku ikuti semua perintah pelayan itu. Saat aku turun dari tangga, aku melihat seorang Raja menunggu di meja makan. Aku sepertinya pernah melihat sosok raja itu di sebuah buku.
Tiba-tiba seseorang memanggil sosok raja itu dengan sebutan Stamford Raffles. Aku terkejut. Aku berada di era kolonialisme Inggris.
Raja Raffles memanggilku untuk ikut serta sarapan pagi bersamanya. Aku mendekati kursinya dan mencoba duduk dengan tenang. Aku makan sepotong roti dan buah strawberry yang berada di depanku.
“Noni, kamu sudah baikan?” tanya Raja Raffles.
“Aku, baik-baik saja, Tuan,” jawabku.
“Baiklah kalau begitu. Kamu harus tetap sehat,” katanya.
Aku bertanya-tanya dalam hati, Aku ini siapanya Raja Raffles?
Selesai sarapan, Raja Raffles bergegas dari meja makan, dan berjalan menuju keluar istana beserta ajudannya.
“Hm, Tuan Raja, mau ke …,” tanyaku sambil berdiri dan mencoba mengejarnya.
Aku tak sempat bertanya langsung.
Perlahan aku mengikutinya sampai jendela. Mereka menaiki kuda, dan menurut pelayan yang menemaniku dari tadi, mereka hendak pergi mengunjungi kediaman Kesultanan Yogyakarta.
Segera aku kembali ke kamar. Aku harus kembali ke zamanku. Aku bercerita kepada pelayan tentang diriku yang sebenarnya. Namun, pelayan tidak mempercayaiku. Aku frustasi. Aku merasa tidak nyaman di jaman ini. Aku menangis, dan tak lama tertidur.
Akan tetapi, ketika aku terbangun, Velly sudah ada di sampingku, dan foto yang terjatuh tadi masih berada di tanganku.
Aku bermimpi lagi. Aku memang butuh tidur.
#ajangfikminjoeraganartikel2021
#temalorongwaktu
#day12