Rosi berjalan tergesa-gesa meninggalkan ruang kelas IPS 1, yang menjadi tempatnya belajar selama ini. Setelah jam pelajaran berakhir, dia bergegas merapikan buku dan alat tulisnya, kemudian berjalan menuju kelas
IPS 2 yang berada di ruang sebelah.
Di depan kelas IPS 2, sudah menunggu Ayu, sahabatnya sejak SMP. Dia tersenyum.
“Sudah kutulis suratnya, Yu, tolong kamu kasihkan ke Bayu, ya!” ucapnya dengan nada ceria.
Tangannya mengeluarkan sebuah amplop berwarna merah muda dari dalam tas.
“Oke, nanti aku sampaikan ke Bayu. Kalau sudah dibalas, aku kasihkan ke kamu,” kata Ayu sambil tersenyum manis.
Mereka berdua segera beranjak meninggalkan sekolah.
Bayu adalah cowok idola di sekolah mereka. Rosi bahkan sudah mulai jatuh cinta kepadanya sejak kelas dua. Namun, dia belum berani mengungkapkan perasaannya itu. Setelah naik kelas tiga, barulah keberanian itu muncul.
“Aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini,Yu. Kalau perasaan cinta ini tidak kuutarakan, aku akan menyesal seumur hidup. Kamu mau kan, membantuku menyampaikan surat ini?” ujar Rosi pelan.
Ayu hanya mengangguk. Bayu adalah teman sekelasnya.
Hari-hari Rosi diliputi perasaan cemas, menunggu surat balasan dari Bayu.
Siang hari, saat istirahat. Setelah dua hari yang lalu dia menyampaikan surat itu, Rosi menemui Ayu di kantin sekolah.
“Gimana, Yu, sudah ada balasannya belum?” Rosi bertanya penasaran.
“Tenang, Ros, nanti kalau sudah di balas, pasti aku sampaikan ke kamu, gak sabaran banget sih!” ucap Ayu gemas.
“Oke, jangan lupa ya, Yu, aku sudah penasaran dengan jawabannya nih,” kata Rosi sambil tersenyum.
Hari terus berlalu, namun, surat balasan dari Bayu belum juga sampai ke tangan Rosi. Apakah Bayu tidak suka dia mengirimkan surat? atau dia tidak pernah mencintai Rosi sehingga tidak mau membalas suratnya?
Pertanyaan itu terus berputar di otaknya.
Suatu sore, sepulang sekolah. Rosi pergi ke rumah Ayu yang jaraknya hanya 500 meter dari rumahnya, untuk meminjam buku catatan akutansi.
Saat Ayu mengulurkan buku itu, tiba-tiba, ada sesuatu yang terjatuh dari dalam buku itu. Rosi memungutnya dari lantai.
Betapa terkejutnya dia saat melihat benda itu, amplop berwarna merah muda, sama persis dengan amplop yang dia berikan kepada Ayu satu minggu yang lalu. Surat untuk Bayu.
Rosi menatap tajam kearah Ayu.
“Apa maksud semua ini,Yu! Kamu belum menyerahkan surat ini kepada Bayu?” ucapnya dengan nada curiga.
“Eehhh … maafkan aku, Ros, kemarin … ,” kata-kata Ayu menggantung.
Tanpa berpamitan, Rosi segera bergegas meninggalkan rumah Ayu.
Keesokan harinya, kelas IPS 1 dibuat heboh dengan kabar, Bayu dan Ayu yang sudah jadian.
Rosi terduduk lemas di kursinya. Bayangan wajah Ayu yang tersenyum manis kepadanya saat menerima surat itu, menari-nari
di pelupuk matanya.