Joeragan artikel

Sandal Jepit [pixabay.com]

Sandal Jepit Alya

Sore itu di garasi rumahnya, tampak Alya tengah sibuk membongkar tumpukan kardus yang berjejer rapi. Dia tengah mencari sandal barunya yang di letakkan di samping garasi.

“Alfiiii!” teriak Alya. Suara kerasnya menggema di seantero rumah.

“Alfiiii! Kamu umpetin di mana sandal jepit Kakak?” teriaknya lagi.

Tangannya sibuk menyingkirkan kardus-kardus yang tersimpan di garasi, mencari sandal jepit yang baru dibelinya kemarin.

“Alfiii!” panggil Alya. Alya mulai tidak sabar karena yang dipanggil tak juga muncul.

“Apaan sih, Alya. Kamu teriak-teriak kayak gitu. Berisik tau!” kata Bang Rey. Dia merasa terganggu dengan suara teriakan Alya.

“Sandal jepit aku, Bang Rey. Masak baru dibeli kemarin sudah hilang lagi!” sahut Alya jengkel.

“Kenapa Alfi yang diteriakin?”

“Yaa … siapa lagi kalau bukan dia? Si Alfi kan suka iseng! Seminggu ini sudah dua kali, loh, aku kehilangan sandal jepit!” Lapor Alya pada Rey, abangnya.

“Kamu enggak boleh asal tuduh gitu! Iya kalau bener, kalau salah, bisa jadi fitnah itu!” tegur Rey menasehati adiknya.

“Abis, aku kesel, Bang! Sandalnya kan mahal punya, aku beli pakai uang jajanku sendiri, eh, hilang gitu aja. Sampai dua kali lagi!”

“Tetap saja kamu enggak boleh nuduh sembarangan. Tanya dulu Alfi baik-baik, mana tahu dia malah bisa bantuin kamu nyari sampai ketemu,” kata Rey lagi. Alya hanya menunduk mendengar omongan abang sulungnya itu.

Alya memang sedang kesal sekali. Bagaimana tidak, dalam seminggu dia sudah dua kali kehilangan sandalnya. Sandal jepit lucu yang harganya lumayan yang dibeli dari hasil menyisihkan uang jajannya setiap hari.

Biasanya Alya menaruh sandal di rak sepatu yang ada di samping garasi, sama seperti yang lain. Tetapi ketika dia hendak memakainya hari ini, sandal itu sudah raib tak terlihat di mana pun.

Dia sudah memeriksa setiap sudut garasi barangkali tidak sengaja dirinya menjatuhkan ke sudut lain di dalam ruangan itu. Namun, pencariannya sia-sia.

Meski masih kesal, Alya sudah tidak semarah tadi. Perkataan Bang Rey ada benarnya juga, pikir Alya.

Kalau dia salah menuduh, maka dia jatuhnya memfitnah orang lain. Padahal firman Allah di Alquran bahwa ‘Fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan’. Hiy … Alya bergidik ngeri kalau ingat ayat itu.

Akhirnya Alya pasrah, yah, kalau memang milik enggak akan ke mana, gumamnya, sambil membereskan kardus yang tadi sempat dia bongkar.

Dari arah pekarangan depan, datang Alfi sambil menggendong Kitty, kucing liar yang sudah dua minggu ini jadi penghuni baru di keluarga Radit. Badan Alfi penuh debu. Rupanya dia baru selesai bermain bersama Kitty di lapangan. Pantas saja dipanggil-panggil tidak menyahut.

Belum sempat Alya membuka mulut mau bertanya kepada anak itu, Alfi lebih dulu bercerita dengan riang,

“Kak Alya tadi aku main sama Kitty di lapangan sampai guling-gulingan, seru deh!”

“Oh, ya?” sahut Alya antusias mendengar cerita adik bungsunya itu.

“Iyaa, eh sini deh, Kak! Aku mau tunjukin sesuatu,” ajaknya pada Alya.

“Kemana?”

“Ikut aja, nanti Kakak juga tahu,” ujar Alfi sambil berjalan menuju gudang. Kakak perempuannya mengikuti dari belakang.

Sampai di gudang,

“Lihat tuh, Kak! Kerjaan si Kitty,” kata Alfi sambil menunjuk ke salah satu sudut gudang.

Mata gadis itu terbelalak melihat berbagai benda yang tidak dikenal teronggok di sana. Ada topi yang sudah rusak, boneka panda yang bulunya sebagian sudah gundul, ada bola yang sudah penyok di sana sini, dan matanya makin melebar saat pandangannya jatuh pada dua pasang sandal jepit lucu yang ikut teronggok tak beraturan di sana.

Tangerang, 7 Januari 2019

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

× Hubungi Kami