Joeragan artikel

Rosa dan Peri Pohon

Rosa dan Peri Pohon

โœ๏ธWien Purwandini

“Hei, jangan menangis!” Sebuah suara halus terdengar di telinga Rosa.

Rosa menghentikan tangisnya, lalu mencari dari mana suara tersebut berasal.<span;> Namun tak ada siapapun di sekitarnya. Hanya dia sendiri di taman belakang istana.

Rosa menghapus air matanya dengan punggung tangan, lalu merapikan anak-anak rambut yang melekat di keningnya. Hari ini ia begitu bersedih. Ibunya sakit, dan harus pergi ke negeri jauh untuk menemui tabib terbaik.

Rosa adalah putri dari Raja Luis. Gadis sepuluh tahun itu adalah calon pewaris tahta.

“Rosa, tersenyumlah. Ibumu akan segera sembuh. Kau harus kuat dan mendoakannya!” Suara itu terdengar lagi.

“Si … Siapakah yang bicara?” Rosa berbisik. Wajahnya mulai terlihat tegang. Ia takut!

“Jangan takut, Rosa. Aku akan menemanimu selama ibumu pergi menemui tabib. Aku sangat mengenalmu. Walau kau belum mengenalku.”

“Tapi … Bagaimana kau bisa mengenalku? Kau siapa? Keluarlah dari persembunyianmu!”

Rosa berdiri lalu memandang sekeliling taman. Hanya rumpun mawar dan pepohonan serta semak berbunga ungu yang ia lihat. Tak ada siapa-siapa!

“Apakah kau hantu?” tanya Rosa lagi.

“Aku temanmu, Rosa!”

“Jika kau temanku, mengapa kau tak mau memperlihatkan dirimu?”

“Aku tahu kau sedih dan takut karena ibumu sakit. Tapi itu bukan alasan untuk menangis berkepanjangan. Jika kau kesepian, kau bisa datang ke sini dan berbicara padaku.”

“Benarkah?” Rosa mulai lebih berani.

“Benar! Kami ini kawan nenekmu, Rosa. Jika Nenekmu bersedih, ia selalu bicara dengan kami.”

“Kami? Kau mempunyai banyak teman?” tanya Rosa lagi.

“Ya, kami banyak. Dan kami akan menjadi temanmu.”

Tiba-tiba, nenek datang ke taman dan mendekati Rosa.

Melihat sang nenek datang, Rosa berlari memghampiri lalu memeluknya sambil berbisik, “Nek, ada hantu di pojok taman. Dan ia mengatakan bahwa ia adalah teman Nenek!”

Nenek mengelus rambut panjang Rosa, lalu menggandengnya ke pojok taman di mana sebuah pohon besar tumbuh. Di pohon tersebut tersebut tergantung sebuah ayunan kayu yang sudah tua.

Nenek duduk di ayunan tersebut lalu memangku Rosa.

“Tak ada hantu di sini, Sayang. Kau tak usah takut,” ujar Nenek lembut.

“Tapi, Nek … ”

“Lula, perlihatkanlah dirimu, Teman. Agar cucuku tidak ketakutan,” tiba-tiba Nenek berkata sambil memandang ke arah rerimbunan daun pohon besar itu.

Rosa merapatkan dirinya pada tubuh Nenek dan berkata, “Siapa Lula?”

“Dia teman Nenek sejak kecil. Dia dan kawan-kawannya selalu menghibur Nenek saat Nenek bersedih.” jawab Nenek sambil menunjuk ke arah dahan-dahan pohon.

Tiba-tiba Rosa terbelalak. Menjerit kaget sambil menutup mulutnya dengan telapak tangan. Teman Nenek muncul!

Lula, peri berbaju merah muda dengan rangkaian bunga di kepalanya. Sayap kecilnya mengepak indah. Ia mendekati Rosa, menyentuh pipi Rosa dengan tangan mungilnya.

Hai, Rosa. Aku Lula. Dan ini kawan-kawanku. Kami sahabat nenekmu sejak ia kecil,” ujar Lula.

Sementara, di balik dedaunan muncul puluhan pasang mata mungil mengintip malu-malu.

#eventfikminJoeraganArtikel2021
#day11
#fantasi
#pohonperi

Editor : Dina Ananti

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

× Hubungi Kami