Joeragan artikel

Rendahnya Angka Melek Huruf Al-Qur'an di Indonesia [cahiwak/Pixabay.com]

Rendahnya Angka Melek Huruf Al-Qur’an di Indonesia

Hai, Smart Ladies. Angka melek huruf Al-Qur’an di Indonesia hanya berkisar pada 35 persen. Ini merupakan sebuah fakta yang mengejutkan, mengingat Indonesia adalah negeri dengan penduduk muslim terbesar di dunia.

Fakta ini terungkap dalam penelitian yang dilakukan oleh Hidayatullah, salah satu ormas Islam di Indonesia.

Rendahnya angka melek huruf Al-Qur’an ini menunjukkan minimnya kepedulian umat Islam pada agamanya sendiri. Seharusnya, setiap muslim merindukan untuk bisa memahami kitab sucinya sendiri. Apalagi, Al-Qur’an merupakan petunjuk kehidupan yang Allah Ta’ala turunkan kepada manusia.

Angka melek huruf Al-Qur’an yang demikian rendah adalah penyebab lemahnya umat Islam. Umar bin Khattab r.a. menyampaikan, “Kita adalah kaum yang diberi kemuliaan oleh Allah Ta’ala dengan Islam. Barang siapa mencari kemuliaan selain dari apa yang Allah muliakan maka ia telah hina di mata Allah.”

Baiknya kita mengambil hikmah dari kisah dua ekor kuda yang memanggul beban. Salah satu kuda mengangkut garam di punggungnya dan kuda yang lain membawa kapas. Bersama tuan mereka, keduanya menempuh perjalanan yang panjang. Kuda yang membawa garam membawa beban yang lebih berat dan ia mulai kepayahan.

Tibalah mereka di tepi sebuah danau yang berair jernih. Mereka berhenti untuk beristirahat dan minum di tempat itu. Kuda yang membawa garam berlari menuju danau dan menceburkan diri ke dalamnya sebelum tuannya sempat menurunkan beban dari punggungnya. Ia sangat menikmati segarnya air danau tersebut. Setelah merasa cukup, kuda itu lalu beranjak keluar danau. Ia merasa terkejut dan senang karena beban di punggungnya terasa lebih ringan. Air danau telah melarutkan sebagian garam yang dibawanya.

Menyaksikan hal itu, kuda yang membawa kapas ikut terjun ke danau dengan bawaannya. Ia berendam menikmati kesegaran danau. Beberapa saat kemudian, kuda itu melangkah keluar danau. Alangkah terkejutnya ia karena beban di punggungnya terasa makin berat. Kapas yang dibawanya telah menyerap air danau. Betapa menyesalnya kuda itu.

Demikianlah yang terjadi pada umat Islam. Dahulu mereka berada dalam kejayaan dan mampu menguasai hampir dua per tiga dunia. Sebaliknya, kini umat Islam tak mampu menentukan nasibnya sendiri. Umat ini dahulu berjaya karena memegang teguh Al-Qur’an dan sunah serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sekarang keadaannya berbalik ketika umat Islam kurang percaya diri dengan agamanya sendiri dan memilih menjadi pengekor Barat.

Bangsa Eropa meraih kejayaan dunia setelah mereka meninggalkan ketundukan pada gereja dan memilih paham sekuler. Hal ini menyilaukan umat Islam dan mengira kejayaan bisa mereka dapatkan juga dengan meniru sekulerisme ala Barat.

Keterpurukan umat Islam ini makin mendorong umatnya untuk menjauh dari agamanya. Mereka menganggap Islam tidak mampu mengangkat derajat umatnya. Banyak sekali tuduhan sebagai penyebab keterbelakangan dialamatkan kepada Islam. Padahal, bisa kita saksikan bahwa Islam sama sekali tidak diterapkan di negara kita. Undang-undang yang digunakan adalah KUHP warisan Belanda. Prostitusi, miras, dan riba dihalalkan di Indonesia. Sebuah penisbatan yang sama sekali tidak memiliki landasan yang kuat.

Ladies, jika ingin kembali meraih kejayaan itu kembalilah kepada Al-Qur’an. Allah Ta’ala telah berfirman yang artinya, “Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tidak memahaminya?” (QS Al-Anbiya’:10)

Di zaman ini belajar Al-Qur’an tidak sesulit dahulu. Terdapat banyak kelas yang bisa diikuti, baik yang berbayar atau gratis maupun luring atau daring. Sungguh, tak ada alasan bagi kita untuk tidak mempelajarinya.

Ladies, rendahnya angka melek huruf Al-Qur’an mestinya menjadi keprihatinan kita bersama. Untuk itu, hendaknya setiap kita melibatkan diri dalam upaya untuk meningkatkannya. Kalau belum mampu menjadi pengajar Al-Qur’an, kita bisa ikut membantu pendanaannya. Selamat berjuang!

 

Editor: Haeriah Syamsuddin

#maratonmenulisartikel

#joeraganartikel

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

× Hubungi Kami