Joeragan artikel

Rebutan Aldo

Oleh. Indah Taufanny

Sita, Mei, dan Dian menjalin persahabatan sejak mereka duduk di kelas 1 SMP. Artinya, sudah hampir lima tahun mereka saling mengenal dan memahami karakter masing-masing. Ketiga dara ini saling support dan bantu apabila ada yang mengalami masalah atau kesusahan.

Namun, beberapa bulan belakangan, mereka jarang bersama dan saling menghindar. Kebiasaan berjalan-jalan di akhir pekan atau sekadar saling curhat sudah tidak pernah dilakukan.

“Sita!” teriak Dian dari ujung koridor sekolah.

Sita menghentikan langkahnya yang tergesa. Sambil menarik napas, dipasangnya senyum termanis yang ia punya.

“Ya, Dian?”

“Mei enggak sekolah, ya, hari ini?”

Sita mengangguk. Dian memang tidak sekelas dengan Mei dan Sita. Gadis semampai ini lebih memilih jurusan IPS.

“Kenapa, ya?” tanya Dian lagi.

“Entah,” jawab Sita malas.

Jam di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul empat sore.. Ia harus bergegas ke acara pemotretan untuk promosi pembukaan cafe baru di daerah Kartini. Sebenarnya bukan acaranya itu yang penting, melainkan sesi pemotretan kali ini yang sangat spesial. Ia berpasangan dengan Aldo, cowok yang sudah lama diincarnya. Jangan sampai Dian tahu soal ini. Bisa-bisa ia curiga dengan perubahannya selama ini.

“Aku buru-buru, nih. Maaf, ya, Dian.”

Setelah berpamitan, gadis berambut panjang itu bergegas meninggalkan sahabatnya yang terbengong-bengong.

Dian merasa ada yang dirahasiakan Sita. Ia berencana mengikuti mobil sahabatnya dengan ojek on line yang sudah dipesannya sedari tadi.

Dian mencoba mencari tahu perubahan kedua sahabatnya seperti seorang detektif. Sita acap kali menghindar setiap kali Dian ingin mengajak jalan, sedangkan Mei sering tidak masuk sekolah.

Belakangan, tersebar kabar bahwa ayah Mei yang seorang pejabat, terjerat kasus penyuapan. Kasus ini membuat Mei sedikit tertutup dan minder. Dian curiga, masalah inilah penyebab renggangnya hubungan mereka. Ia akan mencari tahu setelah menyelidiki Sita.

“Bang, Bang, berhenti di sini!” Dian memerintahkan sopir ojek untuk berhenti kira-kira dua meter dari mobil Sita.

Gadis yang juga berprofesi sebagai model itu, melangkah menuju sebuah cafe. Bukan tempatnya yang membuat Dian terkejut, melainkan cowok yang menyambutnya di depan cafe yang membuat Sita ingin segera mendatangi Dian dan menjambak rambut panjangnya.

“Munafik!” cibir Dian kesal.

Bukankah beberapa waktu lalu, sahabatnya yang kini ia anggap sebagai penghianat itu, pernah bilang kalau Aldo bukanlah tipe cowok idaman-nya? Ternyata hanya sebuah trik untuk menyimpan rahasia hubungannya dengan Aldo. Benarkah Sita pacaran dengan Aldo? Sepengetahuan Dian, Aldo belum mempunyai pacar. Atau mereka sedang pendekatan?

“Sebaiknya, kucari tahu saja,” gumam Dian.

Diambilnya ponsel dari dalam tas, lalu dengan cepat ditekannya nomor telepon Mei. Sialnya nomor Mei tidak bisa dihubungi.

โ€œKe mana kamu, Mei!โ€ rutuk Dian kesal. Kali ini, ia mencoba menghubungi lewat panggilan Whatsapp. Namun, belum sempat ia menekan nomor Mei, sebuah pesan dari Sita mengacaukannya.

[Dian, aku di Cafe Pujangga lagi pemotretan. Di sini ada Aldo. Semua orang menyalaminya karena kabarnya ia dijodohkan dengan Mei. Ternyata ia menghianatimu.]

โ€œTiinn…!!!โ€ Suara klakson mobil mengejutkan Dian yang masih berdiri mematung di pelataran parkir.

Sekarang, siapakah yang bisa dipercaya? Kedua sahabatnya menjadi saingannya dalam memperebutkan hati Aldo.

 

#ajangfikminjoeraganartikel2021

#Day3

#Persaingan

Editor: Saheeda Noor

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

× Hubungi Kami