Ing ngarso sung tulodho
Ing madyo mangun karso
Tut wuri handayani
(Ki Hajar Dewantara)
Hai, Smart Ladies!
Tak asing dengan kutipan tokoh pendidikan Indonesia di atas, ‘kan? Benar, kutipan tersebut merujuk kepada pendidik. Salah satu profesi yang mulia dan penuh tantangan.
Berdasarkan riset kolaborasi QS World University Rankings dan Macquarie University di tahun 2020, profesi guru merupakan profesi paling menjanjikan, baik sekarang maupun di masa mendatang.
Ternyata profesi ini tidak hanya menarik perhatian kaum pria. Kaum wanita pun memiliki minat yang sama besarnya. Tentu hal ini tak terlepas dari keinginan mereka untuk turut mencerdaskan generasi penerus bangsa dengan dasar religiusitas, kesehatan fisik, pendidikan moral, dan pengembangan intelektual yang kuat.
Bahkan banyak wanita yang telah berumah tangga tetap melakoni profesi guru karena kebanggaan dan kecintaan mereka yang luar biasa pada pendidikan.
Kenali Sosok Lebih Dekat
Widhi Harsiwi adalah salah satu sosok ibu rumah tangga sekaligus guru PAUD yang memiliki passion kuat pada pendidikan khususnya pendidikan anak usia dini.
Wanita kelahiran Klaten, 29 Juni 1978 ini memulai kecintaannya pada pendidikan bagi anak usia dini saat menempuh pendidikan sarjana. “Walaupun latar belakang pendidikan saya bukan dari program pendidikan pra-sekolah dan dasar, saya sangat menyukai dan merasa dekat dengan dunia anak-anak,” ujarnya.
Karena itu, setelah lulus dari program S-1 Fakultas Pertanian UNS tahun 2001, Widhi pun mendaftarkan diri menjadi pendidik di suatu lembaga pendidikan di Yogyakarta. Alhamdulillah ia diterima.
Tiga tahun berselang, Widhi memutuskan pindah ke Klaten. Disana ia tetap mendedikasikan dirinya sebagai guru PAUD. Kini memasuki 19 tahun karirnya di dunia pendidikan anak, Widhi tak pernah berkeinginan untuk beralih profesi.
Perubahan Mindset
Ibu yang selalu tampil energik ini mengaku kalau ia menganggap tak butuh keterampilan khusus untuk menjadi seorang guru. Mindset ini pun berangsur-angsur berubah saat ia mulai aktif mengajar.
Menurut Widhi, keterampilan guru tak hanya berkisar dalam ranah kognitif saja, tetapi yang tak kalah penting, yaitu ranah afektif dan psikomotorik. Ketiga ranah ini bukanlah ranah yang dapat dibangun dalam waktu singkat. Adapun keteladanan, semangat, dan arahan dari seorang guru sangat dibutuhkan sebagaimana ungkapan Ki Hajar Dewantara yang penulis kutip di awal tulisan ini.
Selain mengalami perubahan pada pola pikir mengenai pendidikan anak, Widhi menyatakan bahwa kini ia lebih gesit dan peka terhadap isu tumbuh kembang anak. Satu poin yang ia garis bawahi adalah isu tumbuh kembang anak seharusnya tidak hanya menjadi fokus para guru PAUD, melainkan juga para orang tua.
Menurutnya, orang tua wajib menimba ilmu tentang pengasuhan dan pendidikan anak bahkan jauh sebelum anaknya lahir. Ini sangat signifikan karena dampaknya akan berkelanjutan hingga anak mereka tumbuh dewasa kelak.
Lifelong Learning
Termotivasi untuk terus menimba ilmu untuk memberikan kebermanfaatan bagi diri sendiri dan orang lain, Widhi mulai melirik dunia kepenulisan. Sejak Oktober 2020, ia rajin menulis dan mengirimkan opininya.
Di samping itu, ia juga mengikuti kelas-kelas kepenulisan di Joeragan Artikel semisal Mahir Menulis Artikel.
Keikutsertaan Widhi di kelas tersebut memacunya untuk terus belajar. Mulai dari menuangkan ide, menyusun kerangka tulisan, menentukan judul yang menarik, hingga melahirkan tulisan yang utuh.
Nilai plusnya lagi, ia bisa belajar bersama kawan-kawan penulis lainnya se-Nusantara bahkan mancanegara, lo. Sungguh ini memberikan kepuasan tersendiri baginya.
Widhi menekankan bahwa menulis dapat memperluas wawasannya. Alasannya setiap akan memulai proses menulis, ia harus melahap banyak bahan bacaan terlebih dahulu.
Ia menambahkan bahwa menulis merupakan kegiatan alternatif pilihannya apabila nanti sudah tak aktif mengajar.
Ladies, yuk, kita menebarkan lebih banyak manfaat bagi orang-orang di sekitar kita dengan mendedikasikan diri sepenuh hati pada bidang yang kita minati seperti sabda Rasulullah saw. berikut ini,
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.”
Jadi, apa Ladies sudah siap berkontribusi atau sekadar memendam kemampuan diri?
Artikelnya enak dibaca, mudah dipahami dan penggunaan katanya ok punya.salut