Joeragan artikel

Persaingan Aruna dan Aruni

Oleh: Haryati Hs.

“Dion?” tanya Aruni sedikit kencang sekaligus tidak percaya. “Jangan bercanda, deh. Enggak mungkin kan, lo naksir Dion?”

Aruna hanya menanggapi kehebohan saudara kembarnya dengan cuek. Bahkan saat Aruni melemparnya dengan boneka, gadis itu tetap asyik membaca novel remaja kesukaannya.

“Runa!”

Khawatir ibu mereka marah, Aruna berbalik seraya menyahut,
“Heboh banget, sih. Berisik!”

“Makanya, enggak usah sok cuek. Lo nggak bener-bener ngajak gue saingan buat dapat Dion, kan?” tanya Aruni lagi.

Wajah cantik Aruni menegang melihat senyum simpul Aruna. Gadis itu tidak dapat membayangkan seandainya berita tersebut benar. Ia merasa tidak rela jika mereka diperlakukan seperti barang. Dibandingkan lalu dipilih mana yang paling baik.

Aruni pun merasa heran. Meski kembar, mereka jarang memiliki ketertarikan yang sama terhadap sesuatu, apalagi seseorang. Dion memang menawan. Namun, Aruni yakin bahwa ketua kelasnya itu bukanlah tipe Aruna.

“Kenapa harus marah, sih?” tanya Aruna dengan santai. “Memangnya karena doi ketua kelas 2 Sos 2, terus cuma lo sama temen sekelas lo saja yang boleh naksir?”

“Minimal bukan lo, lah. Masa lo mau saingan sama gue, sih?” timpal Aruni.

Why not?” sahut Aruna sebelum berlari ke luar kamar.

[Runi, Dion lagi sama Runa di kantin.] Keesokan harinya, Vanya, sahabatnya, melapor lewat whatsapp. Setelah membacanya, Aruni bergegas menuju kantin. Aruni menyadari bahwa tidak pantas jika dia dan Aruna ribut di tempat umum. Sebab itu, dia hanya akan mengawasi Dion dan Aruna dari jarak yang aman.

Berbagai pikiran buruk menyerang benaknya. Bagaimana jika kabar itu memang benar? Apa dia harus bersaing dengan Aruna sampai salah satu dari mereka menang? Perasaan Aruni semakin gundah karena berusaha menepis kemungkinan terburuk itu sambil mempercepat langkahnya.

“Buru-buru amat?” tiba-tiba suara Aruna mengejutkannya.

Saat menoleh, Aruni mendapati seringai Aruna menyambutnya. Namun, saat ia hendak mengatakan sesuatu, Aruna sudah berlalu membawa dua gelas es doger, minuman favorit Dion. Aruni terpaku, tetapi detik berikutnya, ia melihat Aruna menoleh dan memberi isyarat untuk mendekat.

“Terima kasih, Cantik,” ujar Dion seraya tersenyum manis saat menerima es doger dari Aruna.

Tentu saja Aruni tidak melihat senyum itu karena Dion duduk membelakanginya. Namun, dari nada suaranya saja dia bisa mengetahui jika Dion sedang bersikap manis kepada Aruna. Sesaat ia ragu. Akan tetapi, tatapan tajam Aruna seakan memerintahnya untuk menghampiri mereka. Belum sempat Aruni sampai di meja Aruna dan Dion, hatinya kembali dibuat geram oleh perkataan cowok itu.

“Kalau aku harus memilih, pasti aku pilih kamu, dong. Kamu itu terlihat lebih dewasa.”
“Ah, masa, sih? Lebih dewasa dari siapa?” pancing Aruna.
“Tentu saja dari Aruni,” jawab Dion mantap.
“Lo … eh, kamu yakin?”

“Yakinlah. Masa enggak,” balas Dion seraya membusungkan dadanya.

Thanks, ya, buat pujiannya. Cuma, kalau disuruh milih, gue lebih milih Aruni dibanding lo.”

Aruna segera bangkit dan pergi meninggalkan Dion yang tercengang mendengar perkataannya. Gadis manis itu lalu menggamit lengan kembarannya dan membawa Aruni menjauh dari kantin.

Sorry, ya. Ketua kelas lo nggak lulus tes,” jelas Aruna sambil terbahak.

Editor: Rizky Amallia Eshi

#ajangfikminJoeraganArtikel2021
#Day 3
#tema: Persaingan

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

× Hubungi Kami