Oleh: Nurhasanah
Setelah beristirahat dan salat asar, Ruslan berniat melanjutkan perjalanannya. Jarum jam yang melingkar di tangannya sudah menunjukkan pukul 17.30. Tujuan selanjutnya adalah menuju indekos yang sudah ia pesan sebelumnya.
“Mang, angkutan ke arah Ciputat masih ada enggak jam segini?” tanya Ruslan kepada penjual gorengan.
“Aya, loba atuh, ‘kan masih siang keneh,” jawab Mamang tukang gorengan dengan logat sundanya yang kental.
Suara azan magrib terdengar jelas saat Ruslan tiba di tempat yang ditujunya. Indekos khusus putra tampak sepi.
Setelah bertemu dengan pemilik indekos, Ruslan menuju kamarnya untuk istirahat. Kamar berukuran dua kali tiga meter itu terasa dingin.
Rasa lelah yang teramat sangat, membuat Ruslan cepat beranjak tidur.
Namun, tiba-tiba, Ruslan terbangun saat waktu menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Ada yang mengganggu tidurnya. Ia merasakan geli di telapak kakinya.
Saat Ruslan ingin melanjutkan tidurnya, ia melihat pintu lemarinya bergerak terbuka. Calon mahasiswa jurusan Matematika itu berjalan menutup lemari. Dan, ketika ia ingin kembali tidur, terlihat sosok putih berambut panjang sedang duduk di atas kasur, memunggunginya. Bulu kuduk laki-laki berambut tipis itu meremang.
“Siapa, Kamu?” tanya Ruslan.
Sekejap saja sosok putih itu menghilang, meninggalkan aroma bunga kamboja yang begitu menyengat di kamar nya.
Pagi-pagi sekali, Ruslan sudah siap berangkat ke kampus untuk mengikuti masa orientasi kampus. Kejadian tadi malam tidak ia ceritakan kepada siapa pun. Kemampuan indera keenam yang ia miliki, membuat Ruslan ingin mencari tahu, mengapa sosok tak kasat mata itu mengganggunya.
Malam itu, pukul 12.00, Ruslan sulit memejamkan matanya. Bayangan perempuan berbaju putih itu terus menari-nari di pikirannya. Ia beberapa kali merubah posisi tubuhnya, untuk menemukan kenyamanan menjelang tidur.
Tiba-tiba saja ada beban berat menindih pahanya. Usapan kecil yang ia rasakan, terus naik ke pangkal pahanya. Tubuhnya meremang. Aroma daun pandan menambah seram suasana malam itu.
Ruslan yang tidak memiliki rasa takut dan ingin bermain-main dengan sosok itu segera bangun, menarik tangan hantu itu, dan mencengkeramnya erat. Ia bisa melihat wanita berwajah pucat itu terkejut akan keberaniannya.
“Hei, kenapa Kamu mengganggu saya?” tanya Ruslan tanpa melepaskan cengkeramannya.
“Tolong saya, saya mau pulang,”jawab wanita pemilik bibir pucat itu.
Sedetik kemudian, sosok tersebut menceritakan kisahnya yang dibunuh oleh kekasihnya dan dikubur di temppat yang kini telah menjadi kamar kos. Dulu lahan rumah tua ini dibeli oleh seseorang yang saat ini menjadikan rumahnya sebagai indekos
“Boleh, saya akan bantu kamu, tetapi kamu harus menuruti semua perintah saya,” jawab Ruslan.
Lalu Ruslan menyuruh wanita itu mendatangi kamar agus, temannya yang baru beberapa hari ia kenal. Wanita itu menuruti keinginan Ruslan.
Pagi harinya, seluruh penghuni kos gempar karena Agus menceritakan pengalaman mistisnya tadi malam. Ruslan melirik sosok di sampingnya. Keduanya tertawa, hanya Ruslan yang bisa melihat tawa makhluk itu.
“Tempatmu bukan di sini, kita bermain-main dulu, ya. Nanti aku akan membantumu pulang,” ujar Ruslan.
Editor: Fitri Junita
#ajangfikminjoeraganartikel2021