Suara musik mengalun pelan memenuhi ruang tidurku. Aku baru saja selesai mengerjakan tugas kantor yang kubawa pulang.
“Rani! Ada telepon buat kamu!” suara Mama dari ruang tengah.
Aku bergegas keluar kamar dan menuju ke tempat telepon berada.
“Dari siapa, Ma,” tanyaku pelan.
“Enggak tahu,” ujar Mama sambil memberikan gagang telepon kepadaku.
Segera kuraih telepon itu, lalu mengucapkan salam pada sang penelepon. Terdengar suara Yuda di seberang sana.
Setelah beberapa saat kami berbicara, Yuda menutup teleponnya. Tiba-tiba ada perasaan yang aneh menelusup ke dalam hatiku. Baru saja dia minta tolong, agar aku mampir ke rumahnya besok pagi sebelum berangkat kerja. Ada sesuatu yang akan dia titipkan kepadaku. Kebetulan rumah kami memang berdekatan.
Dadaku berdesir bahagia mendengar permintaan Yuda. Kebetulan lagi, kami sekantor dan satu divisi. Sudah cukup lama aku menaruh hati kepadanya, tetapi perasaan itu aku simpan dalam hati.
Aku kembali masuk ke dalam kamar. Mendengarkan sisa lagu yang kuputar tadi. Lagu cinta, milik almarhum Chrisye. Senyum manis mengembang di wajahku. Membayangkan sua kami esok hari. Aku tak sabar menunggu hari berganti.
Keesokan harinya, aku segera bersiap untuk menuju rumah Yuda. Aku berangkat lebih awal dari biasanya agar tidak terlambat masuk kantor.
“Assalammualaikum,” ucapku memberi salam, setibanya di rumah Yuda.
“Waalaikumsalam.”
Terdengar suara Yuda dari dalam. Sepertinya dia memang sudah menungguku.
Pintu terbuka dan sesosok wajah tampan muncul di hadapanku. Dia tersenyum ramah kepadaku.
“Silakan duduk, Ran,” kata Yuda dengan wajah ceria.
Aku hanya mengangguk pelan dan segera mengambil tempat. Yuda duduk di sampingku, membuat hatiku berdebar tak menentu.
“Begini Ran, aku mau meminta tolong kepadamu untuk menyampaikan surat ini kepada Linda, customer service di perusahaan kita. Sudah lama aku menaruh hati kepadanya, Tapi aku enggak berani bicara langsung sama dia.”
Suara Yuda dengan nada yang tenang.
“Kamu mau kan menolongku? Kalian sama-sama perempuan, barangkali kamu bisa meyakinkan Linda untuk menerima cintaku.”
Yuda tersenyum lembut kepadaku.
Bak gemuruh badai datang memorak-porandakan hatiku. Tubuhku memanas, tapi aku berusaha untuk menguasai diri agar tampak tenang.
Sebuah amplop berwarna cokelat muda diberikannya kepadaku.
Tanganku gemetar saat menerimanya.
“Aku tunggu jawabannya, ya, Ran,” kata Yuda dengan suara setengah berbisik.
Entah aku mengangguk atau tidak saat mendengar permintaannya itu. Yang jelas, telingaku sudah tidak lagi mendengar kata-kata dia selanjutnya.
Suara alunan lagu cinta milik almarhum Chrisye kembali terngiang-ngiang di telingaku. Namun sayang, lagu itu bukan untukku.