Joeragan artikel

Meraih Bahagia dengan Memahami Skala Prioritas

Halo, Smart Ladies!

Menjadi ibu rumah tangga adalah sebuah anugerah. Dalam posisi ini, seorang perempuan harus mengabdikan diri pada keluarga, menjaga keharmonisan rumah tangga, dan mengawal tumbuh kembang putra putrinya. Ia harus menepikan ego dan hasrat pribadinya. Bagi Venty Dyah E, wanita kelahiran Yogyakarta, 25 Januari 1969, aktivitas sebagai ibu rumah tangga harus ia jalani dengan penuh keikhlasan.

Setelah menyelesaikan kuliah di sebuah perguruan tinggi di kota kelahirannya, Venty sempat bekerja di sebuah BUMN di kota yang sama selama empat tahun. Akhirnya, sampailah ia pada sebuah kondisi yang mengharuskannya melepas karier dan memutuskan menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya. Suaminya yang pindah tugas ke Jakarta membutuhkan dukungannya sebagai istri. Riuhnya kehidupan di Jakarta menjadi alasan lain bagi Venty untuk fokus pada perkembangan anak-anaknya yang masih kecil.

Keputusan itu makin kuat karena ia harus memberikan perhatian ekstra pada kesehatan putra keduanya. Bisa berkarier dan berprestasi di luar rumah tentu membanggakan. Namun, keutuhan dan kebahagiaan keluarga adalah prioritas bagi Venty.

Kegemarannya memasaknya seolah menemukan ruang setelah memutuskan menjadi ibu rumah tangga penuh. Berbagai resep masakan dicobanya saat menyiapkan menu untuk keluarga atau bekal untuk anak-anaknya yang kuliah di luar kota. Dari sinilah, ide untuk berbisnis kuliner bermula. Anak-anaknya sering kesulitan mencari makanan karena padatnya jadwal kuliah. Lalu munculah ide untuk mengolah lauk yang tahan lama. Lauk kering dalam kemasan botol menjadi pilihannya.

Dengan lauk kering produksinya, Venty berharap para pekerja yang sibuk atau pelajar yang tinggal sendiri jauh dari keluarga tetap bisa menyiapkan menu yang sehat dan bergizi. Kemasan botol juga lebih praktis dan mudah disimpan atau dibawa sebagai bekal.

Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia juga berdampak terhadap aktivitasnya merintis usaha kuliner. Anjuran untuk membatasi aktivitas di luar rumah dan pemberlakuan protokol kesehatan yang ketat oleh pemerintah mau tidak mau membatasi aktivitasnya.

Selain memasak, wanita 51 tahun ini juga memliki hobi membaca. Hobi yang mulai terlupakan karena kesibukannya mengurus keluarga mendapat jalan terang setelah Venty bertemu dengan kawan lama. Anak-anak sekarang sudah lebih mandiri sehingga ia memiliki lebih banyak waktu untuk untuk menekuni hobi tersebut.

Retno dan Rika, kawan SMP-nya mengenalkan Venty pada Joeragan Artikel (JA) yang menyelenggarakan berbagai kelas kepenulisan. Dia menemukan banyak kawan baru di kelas yang diikutinya. Bersama JA, hobi membacanya berkembang dalam kegiatan kepenulisan.

Dari kisah Venty, kita mendapat pelajaran bahwa tak ada kata terlambat untuk memulai, belajar bisa dilakukan melalui media apa saja, dan berkembang adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup. Semoga kita bisa mengambil manfaat dari kisah Venty Dyah E.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

× Hubungi Kami