Joeragan artikel

Meneladani Kisah Ibunda 3 Tokoh Besar Dunia

Halo, Smart Ladies!

Banyak kisah perjalanan hidup yang menarik untuk dibahas, terutama tentang tokoh terkenal yang menjadi panutan sepanjang masa. Kisah hidup mereka tidak terlepas dari perjuangan seorang ibu yang telah membesarkan dan turut andil dalam keberhasilannya. Sebagai ibu, kita pasti ingin menjadi sosok panutan bagi anak. Lantas siapa sajakah para ibu istimewa yang sukses mengantarkan para putranya menjadi tokoh besar dunia dan bisa dijadikan inspirasi? Simaklah 3 kisah berikut ini.

1. Kegigihan Ibunda Imam Syafi’i

Muhammad bin Idris as-Syafi’i atau Imam Syafi’i merupakan ulama terkenal pendiri mazhab Syafi’i. Beliau lahir di Gaza, Palestina, tinggal bersama ibunya yang merupakan orang tua tunggal. Ibunya menginginkan Imam Syafi’i menjadi ulama besar sebagai investasi akhiratnya kelak. Setelah ayahnya meninggal, ibunya membawa Syafi’i kecil kembali ke Makkah, tempat nenek moyangnya berasal, untuk mewujudkan harapannya.

Di sana, ibunya tanpa kenal lelah mendampingi Syafi’i yang tekun mempelajari ilmu fikih dan hadis dari ulama-ulama besar. Selanjutnya, sang ibunda membawa Muhammad bin Idris as-syafi’i ke Madinah untuk berguru kepada Imam Malik, lalu mengirimnya belajar ke Yaman dan Irak. Bahkan, sang ibu melarang putra tercintanya itu pulang sebelum menjadi ulama. Akhirnya, doa dan harapan sang ibu pun terwujud.

Imam Syafi’i pun pulang ke Makkah dengan mempersembahkan kitab yang telah ditulisnya dan menjadi referensi ilmu agama saat ini. Ladies, memiliki kegigihan seperti ibunda Imam Syafi’i tidaklah mudah. Bagaimanapun keadaannya, sang ibu tidak kenal lelah mendidik Imam Syafi’i agar senantiasa menghadiri majelis ilmu. Menghantarkan anak belajar ke negeri lain, pastinya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Belum lagi harus menahan kerinduan dengan anak karena berjauhan. Hanya dengan niat dan usaha yang teguh, segala cita-cita bisa tercapai.

2. Kejujuran Nenek Umar bin Abdul Aziz

Umar bin Abdul Aziz merupakan salah satu khalifah dinasti Bani Umayyah. Terkenal sebagai khalifah yang jujur, adil, dan tawadu’, beliau sangat berhati-hati dalam menggunakan fasilitas negara. Hidupnya juga sederhana dan hanya mendapat gaji dua dirham sehari.

Kejujuran tersebut beliau dapatkan dari nenek dan kakek buyutnya, Khalifah Umar bin Khattab. Dikisahkan, pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, hiduplah seorang ibu dan anak gadisnya sebagai penjual susu. Pada suatu malam, sang ibu meminta anaknya untuk mencampur susu dengan air. Namun, gadis itu menolak karena perbuatan tersebut dilarang oleh Khalifah.

Ibunya membujuknya lagi dengan alasan Umar bin Khattab tidak akan mengetahui perbuatannya. Sekali lagi, gadis itu menolaknya dengan alasan walaupun Umar bin Khattab tidak tahu, Allah subhanahu wata’ala  Maha Mengetahui.

Perbincangan tersebut terdengar oleh Umar bin Khattab yang sedang berkeliling. Umar pun berniat menikahkan gadis tersebut dengan anaknya, ‘Ashim bin Umar. Melalui pernikahan itu, lahirlah Laila bin ‘Ashim yang merupakan ibunda Umar bin Abdul Aziz.

Kisah ini merupakan pengingat bagi kita bahwa seorang ibu mempunyai kewajiban untuk menjaga keturunannya dari makanan haram, baik dari zatnya maupun cara mendapatkannya. Nenek Umar bin Abdul Aziz ini tidak hanya menerapkannya, tetapi sekaligus menurunkan kejujuran kepada keturunanya.

3. Kesabaran Ibunda Syaikh Sudais

Syaikh Abdurrahman as-Sudais adalah seorang hafiz dan Imam Besar Masjidilharam. Ia terkenal dengan lantunan merdu ayat suci Al-Qur’an dalam memimpin salat. Ada sebuah kisah di balik keberhasilannya menjadi imam masjid.

Suatu ketika, saat Abdurrahman as-Sudais masih kecil, ibunya mengadakan jamuan besar. Tatkala hidangan siap, Syaikh Sudais memasukkan pasir ke dalam panci berisi makanan. Ibu Syaikh Sudais merasa kesal. Alih-alih memarahi, sang ibu malah mendoakannya agar menjadi Imam Besar Masjidilharam.

Ternyata doa itu Allah subhanahu wata’ala kabulkan, Abdurrahman as-Sudais menjadi imam terkenal akan bacaan Al-Qur’annya yang merdu. Sebenarnya, kesabaran harus kita utamakan tatkala menghadapi sesuatu yang memicu emosi. Daripada melontarkan kalimat buruk kepada anak, lebih baik mendoakan kebaikan untuknya.

Demikianlah, Ladies, 3 kisah yang dapat kita teladani dari para ibu tokoh besar dunia. Semoga bisa menginspirasi.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

× Hubungi Kami