Smart Ladies pasti tahu, kalau percaya diri itu sangat penting. Meski memiliki banyak kemampuan, tanpa percaya diri Smart Ladies tidak akan optimal dalam melakukan hal apa pun. Itulah, banyak orang yang mengalami krisis percaya diri sehingga memerlukan terapi khusus dari para psikolog.
Realitanya banyak orang dewasa yang mengalami krisis percaya diri karena trauma di masa kanak-kanaknya. Hal ini yang menjadi alasan pentingnya membangun percaya diri pada anak sejak dini. Yuk, kita simak lebih jauh, Smart Ladies, tips membangun percaya diri pada anak berikut!
1. Memuji Setiap Usaha Anak

Anak usia 3-5 tahun umumnya sudah dapat diajak bicara. Pada masa ini, mereka paling suka bercerita, meniru gerak orang di sekitarnya. Nah, ketika si anak bercerita tentang prestasinya, jangan segan untuk memujinya.
Bangunlah kedekatan dengan si anak. Salah satunya dengan mengajak anak bermain bersama, misalnya bermain clay.
Ketika si anak berhasil membuat bentuk yang sesuai dengan cetakannya, pujilah dia, ” Wah, Abang hebat ya, sudah bisa buat pisang! Atau “Ayo, coba lagi Bang. Abang pasti bisa!”
Tanda disadari, mata si anak langsung berbinar, wajahnya langsung senyum menandakan betapa bahagianya dia. Rasa bahagia inilah yang membuatnya bersemangat untuk terus bermain, menghasilkan cetakan yang lebih baik dari clay tadi.
Sebagai orang tua, kita pun pasti akan merasakan hal serupa, bukan? Kita pasti bersemangat saat mendapat pujian. Begitu pula dengan anak, Smart Ladies!
2. Hindarilah Kata-Kata Negatif pada Anak

Pada umumnya tingkah laku anak-anak selalu menguji kesabaran orang tua. Menumpahkan air di karpet, menghamburkan sisa makanan di lantai, membanting pintu, saling rebut mainan. Sederet aktivitas ini, bila tak disikapi secara bijaksana dapat membuat orang tua emosi.
Kata-kata negatif akan mudah terucap, apalagi kalau orang tua memang sedang banyak tekanan dari pekerjaannya.
Tapi, sadarkah Smart Ladies, bila kata-kata negatif ini bisa berefek besar di kehidupan anak kelak. Contoh: “Dasar Kamu anak nakal, kerjaannya menyusahkan mama saja!” Bila kalimat ini berulangkali diucapkan. Bisa jadi, saat remaja dan mengalami masalah, si anak gampang menyerah. Dia tak percaya diri kalau dia mampu. Karena di masa kecilnya, si anak sudah terkontaminasi dengan kata “menyusahkan”. Dalam benak si anak mungkin, “Ah, sudahlah aku memang hanya bisa menyusahkan. Aku tak ada gunanya.”
Besar sekali efeknya, bukan.
3. Mengikutsertakan Anak pada Lomba-Lomba

Banyak sekali aktivitas di luar sana yang selalu melibatkan anak. Baik yang diadakan oleh lembaga pemerintah maupun swasta. Semua itu bisa jadi ajang buat orang tua membangun kepercayaan diri anak.
Misal, adanya lomba busana muslim, atau daerah. Pada saat lomba berlangsung, si anak diharuskan berlenggak-lenggok di panggung layaknya seorang foto model.
Nah, bila anak diikutsertakan, anak akan terbiasa tampil di muka umum dan keramaian. Bagus bukan untuk melatih kepercayaan dirinya?