Joeragan artikel

Losmen Bulan ( ienallindel20_ pixabay.com)

Losmen Bulan

Setelah satu bulan menikah, alhamdulillah aku dan Mas Dimas berkesempatan untuk berbulan madu ke luar kota.Kami berencana untuk pergi ke Bogor melewati Puncak.

Selain hawanya yang sejuk, pemandangan Puncak pun terlihat sangat enak dipandang dengan hamparan perkebunan teh yang tertata rapi.

Saat kami sedang menikmati suasana di Puncak, tiba-tiba turun hujan. Memang Bogor terkenal dengan intensitas curah hujan yang cukup tinggi.

“Yu,hujannya cukup deras, kita cari penginapan dulu,” kata Mas Dimas.

“Ya, Mas, ayo kita cari,” jawabku.

Setelah berkeliling cukup lama, akhirnya kami menemukan sebuah losmen. Dari kejauhan losmen itu terlihat seperti rumah tua bekas peninggalan Belanda.

Losmen itu bernama Losmen Bulan. Saat kami masuk ke ruang lobby, kami dikagetkan oleh seorang lelaki berwajah pucat yang tiba-tiba muncul. Sebuah papan nama bertuliskan ‘Resepsionis’ tersemat di dada kirinya. Ia menyodorkan kunci bertuliskan nomor kamar. Kamar  No. 13. Tanpa berkata apa-apa, ia menunjuk sebuah kamar di ujung lorong.

Kami pun bergegas menuju kamar itu karena kami sangat lelah dan ingin segera beristirahat.

“Tok tok tok.”

Saat kami akan memejamkan mata, terdengar suara ketukan pada pintu. Mas Dimas beranjak. Tetapi ketika pintu terbuka tak ada seorang pun yang tampak.

Saat kami akan menutupnya kembali, terdengar suara tangisan seorang wanita dari kamar sebelah. Kami sontak merinding. Dalam benak kami bertanya, siapa yang menangis tengah malam begini?

Tanpa berpikir lagi, kami segera menutup pintu dan naik ke tempat tidur. Namun, saat kami hendak tidur, pancuran air di kamar mandi mendadak menyala. Mas Dimas memberanikan diri .

Ayo, Mas, kita tidur. Aku takut. Aku ingin segera bangun pagi dan pergi dari losmen ini,” ajakku.

Kami tidur dengan dihantui rasa ketakutan. Malam berganti pagi, kami pun segera meninggalkan losmen itu.

Beberapa saat setelah melanjutkan perjalanan, kami mampir di sebuah kedai kopi, tidak jauh dari losmen itu.

“Kita ngopi dulu, Dek,” ajak Mas Dimas.

“Ayo, Mas,” jawabku.

Penjual kopi menyajikan kopinya sambil bertanya, “Dari mana, Pak?”

Dari losmen, Pak,” jawab suamiku.

“Losmen yang mana, setahu saya di daerah ini tidak ada losmen ?” tanya penjual kopi.

“Losmen Bulan, masa bapak tidak tahu?” kata Mas Dimas.

Penjual kopi itu merasa heran, karena tidak ada losmen yang bernama Losmen Bulan. Dahulu ada sebuah losmen, tetapi sekarang tidak pernah beroperasi lagi karena losmen tersebut terkena musibah kebakaran yang menewaskan beberapa staf dan tamu losmen.

“Jadi resepsionis itu siapa?” tanyaku.

 

#ajangfikminjoeraganartikel2021

#horor

Editor: Dina Ananti

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

× Hubungi Kami