Oleh : Rizky Amallia Eshi
Namanya Lembuswana. Hewan mitologi yang hidup di Kutai Kartanegara dan diyakini sebagai penguasa sungai Mahakam.
Aku pertama kali bertemu dengannya secara tidak sengaja saat sedang berburu di hutan sekitar sungai Mahakam. Hewan besar yang memiliki sebelas rupa binatang itu sedang duduk di pinggir sungai. Badannya serupa lembu, kepalanya mirip singa dan bermahkota, ada belalai seperti gajah, memiliki sayap seperti burung garuda, bersisik mirip naga, bertanduk seperti sapi, ekor panjangnya pun mirip singa, telinganya seperti rusa, berjenggot seperti kambing, dan bertaji seperti ayam. Matanya tajam mengawasi sosok perempuan yang sedang mandi di sungai tersebut. Sangat indah. Namun, jauh lebih indah putri yang ternyata penunggangnya.
Rupa putri tersebut sangat cantik. Kulitnya putih bak air susu. Tubuhnya ramping memesona. Bila tersenyum, ada lekukan kecil dan dalam di bagian pipinya yang membuat kecantikannya bertambah. Dialah Putri Karang Melenu.
Aku yang terpesona kepada keduanya sejak pertama kali bertemu, memberanikan diri untuk menghampiri mereka dan mengajak berkenalan. Meski awalnya mereka waspada, pada akhirnya keduanya pun menyambut uluran persahabatan dariku.
Hari ini, tepat satu tahun sejak pertemuanku dengan mereka. Aku yang memang berminat meminang sang putri, kini sedang menunggu kehadiran mereka. Meski sudah sering berpetualang bersama, Lembuswana akan selalu menjadi milik sang putri. Itulah sebabnya aku berencana meminang Putri Karang Melenu. Setidaknya salah satu dari mereka akan menjadi milikku. Senyumku semakin mengembang memikirkan hal itu.
Tiba-tiba tersiar kabar jika Putri Karang Melenu sedang pergi memberantas kejahatan di kampung sebelah bersama Lembuswana. Meski aku yakin jika mereka akan berhasil memenangkan pertarungan, hatiku yang khawatir dengan keselamatan mereka segera pergi menyusul.
Betapa terkejutnya aku saat sampai di tempat itu. Jalanan yang biasa digunakan warga sebagai pasar, hancur berantakan. Beberapa rumah warga ada yang hangus dilalap si jago merah. Beberapa pasukan kerajaan sedang sibuk menangkap para penjahat.
“Di mana Putri Karang Melenu?” tanyaku kepada salah satu abdi kerajaan.
Sang abdi menunjuk arah di belakang pendopo besar yang halamannya rusak oleh tubuh Lembuswana yang sedang berbaring di sana. Tangan Putri Karang Melenu mengelus lembut bulu di bagian kepala hewan itu.
“Putri!”
Wajah ayu itu segera berpaling saat mendengar suaraku. Senyumnya mengembang. Cantik sekali.
Sang putri segera berlari ke arahku dan memeluk erat.
“Aku khawatir sekali,” kataku seraya membelai rambutnya yang hitam dan panjang.
Wajah sang putri mendongkak ke arahku. Secara perlahan, dia mendekatkan bibirnya ke arah telingaku dan berbisik, “Mas Antoni, ayo bangun! Nanti terlambat kerja. Air panas untuk mandi sudah Siska siapkan.”
***
RAE
Editor : Dian Hardiana Hendrawan
#ajangfikminJoeraganArtikel2021
#Day6
#TemaMitologi