Joeragan artikel

Laser Gun Profesor Sukemi [Master Tux from Pixabay]

Laser Gun Profesor Sukemi

By Dewi Triesnaningtyas

Sesuai petunjuk Profesor Sukemi, Armando menunggu Friska, kekasihnya yang menghilang sepuluh tahun silam. Ia duduk sendiri di Moccachino Café.

“Ia akan berdiri di pintu kafe lalu berjalan ke tempat kau duduk. Tapi, Friska tidak akan mengenalimu!” begitu kata Profesor Sukemi pada Armando temo hari. Saat itu, Armando mengangguk gugup.

“Friska?” serunya tak percaya ketika sesosok perempuan berdiri di pintu kafe.

“Iya, saya Friska. Apakah kita pernah saling mengenal sebelumnya?” Perempuan itu bertanya balik.

“Saya Armando, kamu adalah kekasih saya yang hilang sepuluh tahun lalu!”

“Mohon maaf, saya tidak mengenal Anda!” Perempuan berpakaian ala robot itu berlalu meninggalkan Armando yang termangu sendiri.

*
Paspor Friska jatuh ke lantai bandara saat seorang laki-laki berlari tergesa-gesa dan tanpa sengaja menabraknya.

“Maaf, saya tidak sengaja!” ujarnya.

Laki-laki itu membungkuk dan mengambilkan paspor Friska.

Suara Armando Sanjaya, kekasihnya, masih jelas terdengar memanggil namanya, saat ia hendak menerima paspor dari laki-laki asing tadi. Saat Friska menengok ke belakang, secepat kilat Laki-laki asing itu menempelkan sebuah koin di kening Friska.

“Ya, Armand!” Friska menjawab panggilan Armando.

Sayangnya Armando tidak mendengar. Ia kemudian berlari ke arah Armando, tetapi kekasihnya itu tidak melihat Friska.

“Friska! Mengapa kamu tiba-tiba menghilang? Di mana kamu, Friska?” teriak Armando.

Dalam sekejap Friska lenyap dari pandangan matanya, padahal sedetik sebelumnya ia masih berdiri di depan Armando. Tentu saja laki-laki itu bingung. Armando melaporkan ke sekuriti Bandara dan juga ke polisi, sayangnya, Friska tidak dapat ditemukan.

Friska menjerit sekuat tenaga, sayangnya Armando dan orang-orang di bandara tidak mendengar suaranya, bahkan tidak dapat melihat keberadaan dirinya.

Perempuan muda itu menangis sejadi-jadinya. Ia lalu ingat pada laki-laki yang menjatuhkan paspornya dan menempelkan koin di keningnya. Matanya bergerak mencari di setiap sudut bandara dan mendapati laki-laki asing tadi telah berseragam pilot, tersenyum manis dan melambaikan tangan pada dirinya.

Seperti dihipnotis, ia berjalan mendekati lelaki asing yang kemudian menggenggam jemari Friska.

“Friska sayang! Bersamaku, James Oliver, kau akan menjelajah masa depan. Tinggalkan saja kekasihmu yang tak berguna itu!”

Keduanya berjalan menembus kaca bening lalu menaiki tangga pesawat super modern. Friska tersenyum. Ia merasa nyaman dalam pelukan Oliver.

*
Armando menatap wajah Profesor Sukemi di layar komputer sedangkan tangannya memegang koin emas yang jatuh tepat di tempat terakhir Friska berdiri. Sepuluh tahun ia mencari informasi tentang keberadaan kekasihnya. Koin emas ini menjadi salah satu kunci untuk mencari Friska.

“Lalu apa setelah ini? Saya tidak mau kehilangan Friska untuk kali kedua!” Armando tampak stres.

“Tenanglah. Besok Friska dan Oliver akan datang. Aku sudah menyiapkan Laser Gun yang kulapisi koin emas di ujungnya. Akan segera kukembalikan Friska padamu,” kata Profesor Sukemi.

Benar, Oliver dan Friska berpegangan tangan menuju kafe. Friska seperti robot dengan ikat pinggang besar. Profesor Sukemi yang bersembunyi di balik meja sudah menyiapkan Laser Gun, lalu menembakkan laser itu ke tubuh Friska.

Sayangnya, laser itu mengenai ikat pinggang Friska dan memantulkannya ke arah profesor.

Armando termangu saat melihat tubuh Profesor Sukemi bergulung dan bergerak cepat, tertarik oleh cahaya laser yang dipantulkan ikat pinggang Friska.Tak lama, denting koin emas terdengar pilu di lantai kafe.

#Ajangfikminjoeraganartikel
#day12
#GenreSainsFicTemaLorongWaktu

Editor : Ruvianty

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

× Hubungi Kami