Joeragan artikel

Langkah Bijak Hadapi Kasus Gagal Ginjal Akut Misterius pada Anak [humas stikku.ac.id]

Langkah Bijak Hadapi Kasus Gagal Ginjal Akut Misterius pada Anak

Hai, Ladies!

Badai pandemi Covid-19 baru saja berlalu. Namun, dunia kembali diguncang dengan kematian ratusan balita yang disebabkan gagal ginjal akut misterius. Indonesia pun tidak luput dari kasus itu. Banyak orang tua yang memiliki balita menjadi resah. Apalagi, dugaan sementara penyebab gagal ginjal akut misterius ini adalah konsumsi obat demam dalam sediaan sirop yang pernah mereka berikan kepada-putra putrinya

Apa, sih, sebenarnya yang terjadi? Mengapa kasus ini baru muncul sekarang? Padahal, obat-obat yang diduga menjadi penyebab kasus misterius ini sudah beredar dan dikonsumsi sejak lama.

 

Awal Mula Muncul Kasus di Gambia

Oke, Ladies, kita mulai dari sejarah munculnya kasus ini pertama kali di Gambia. Pada awal September 2022, otoritas kesehatan di Gambia, Afrika Barat melaporkan kematian puluhan anak-anak yang disebabkan gagal ginjal akut misterius. Penyebabnya, diduga anak-anak itu mengonsumsi obat demam berbentuk sirop yang terkontaminasi ethylene glycol.

Bersamaan itu pula, kasus serupa terjadi di negara kita. Di Indonesia, 200-an anak mengalami hal yang sama. Dari penyelidikan di lapangan, ada 102 obat yang diduga tercemar ethylene glycol, 30 di antaranya sudah diperiksa dan dinyatakan aman. Sisanya masih dalam penelitian. Demikian diungkapkan oleh Dokter Niko Latief yang berprofesi sebagai dokter anak dalam sebuah acara bincang-bincang For Your Pagi di Trans7 pada 24 Oktober 2022 lalu.

Gagal ginjal akut merupakan gangguan fungsi ginjal yang dialami secara cepat, dengan durasi harian sampai mingguan. Fungsi ginjal sendiri adalah sebagai penyaring racun di dalam tubuh yang akan dikeluarkan melalui urine (air kencing). Saat fungsi ginjal ini mengalami gangguan, urine atau urea akan menumpuk sehingga merusak organ dalam tubuh. Gejala awalnya bisa berupa demam, batuk, pilek, diare, masalah pada saat buang air kecil, hingga pembengkakan.

Dengan kasus yang terjadi, apa yang harus kita lakukan?

 

Langkah yang Harus Dilakukan

Baik, Ladies! Yuk, kita simak langkah bijak menghadapi kasus gagal ginjal misterius pada anak.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah jangan panik. Saat panik berlebihan, kita akan cenderung bertindak ngawur, menyerap semua informasi yang beredar di dunia maya yang belum tentu bisa dibuktikan kebenarannya. Lebih parah lagi, kalau sampai kita tidak membaca berita dengan teliti. Sekadar membaca judul fantastis yang ternyata click bait dan lebih banyak tidak sesuai dengan isinya. Di sinilah pentingnya cerdas berliterasi. Bisa memilah dan memilih informasi yang beredar dari situs-situs terpercaya.

Departemen Kesehatan saat ini sudah melakukan tindakan yang tepat dengan menahan pemberian obat dengan sediaan sioup pada anak-anak. Hal yang sama bahkan dilakukan terhadap apotek dan toko obat untuk sementara menahan penjualan obat sirop.

Jadi, menahan atau tidak memberikan obat dalam bentuk sirop pada anak kita menjadi tindakan bijak kedua yang bisa dilakukan.

Lalu, apa yang harus dilakukan saat anak kita demam atau sakit?

Begini, Ladies!

Bila anak demam, kita harus lebih dahulu melakukan pengukuran suhunya dengan termometer, tidak hanya diraba dengan tangan atau skin to skin. Pemberian obat demam sebenarnya hanya disarankan saat suhu anak sudah di atas 38.5 derajat Celsius.

Sebagai alternatif, kita bisa melakukan kompres hangat dan memberikan air putih dalam jumlah yang cukup.

Apabila demam sudah tidak terkendali dan anak menjadi rewel karena tidak nyaman, kita bisa segera berkonsultasi dengan dokter, terutama dokter anak, untuk mendapat obat dalam sediaan puyer atau supositoria. Perlunya konsultasi karena dokter akan memberikan dosis sesuai dengan berat badan anak.

Lalu, bagaimana kalau ternyata anak kita sudah terlanjur mengonsumsi obat yang diduga menjadi penyebab gagal ginjal akut misterius?

Menurut Dokter Niko Latief, sekali lagi kita tidak perlu panik, apalagi jika tidak ada keluhan pada anak. Kita cukup dengan menghentikan penggunaan obat.

Mudah-mudahan dengan kasus ini, kita bisa menjadi orang tua bijak dalam menghadapi anak yang sedang sakit dengan tidak menjadikan obat sebagai senjata utama.

Editor : Haeriah Syamsuddin

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

× Hubungi Kami