Kriiinggg…..,beker berbunyi.
Jam bekerku menunjukkan waktu pukul lima pagi, aku bergegas mandi dan menunaikan salat Subuh.
Setelah merapikan pakaian, aku pun bergegas pergi. Karena ini hari Senin, pasti jalanan macet di mana- mana. Aku segera menuju ke halte bus.
Selang beberapa menit kemudian, bus yang akan aku tumpangi datang. Tanpa kuduga, ada seorang pria yg memberikan tempat duduknya padaku. Tanpa melihat wajah pria tersebut, aku pun duduk sambil mengucapkan terima kasih.
“Sama- sama,” jawabnya.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih tiga puluh menit, aku bersiap untuk turun.
“Stop, Pak,” kataku pada sopir bus.
Tiba di kantor, aku menghampiri staf resepsionis dan menanyakan di mana ruangan bagian personalia. Dengan ramah ia memintaku menunggu karena sebentar lagi staf personalianya yang akan menemuiku.
Sambil menunggu, aku membaca majalah. Tak lama, seorang pria datang.
“Selamat pagi, Pak,” sapa staf resepsionis.
“Pagi,” jawab pria itu.
Aku hanya bisa mendengar suaranya, terdengar tidak asing bagiku, seperti pria yang mempersilakan aku duduk tadi di bus. Belum sempat aku melihat wajahnya, staf personalia yang aku tunggu datang.
“Selamat pagi, Bu Desy,” sapanya.
Aku pun menoleh.
“Selamat pagi, Bu.” jawabku sambil tersenyum.
” Ayo, Bu Desy, saya antar ke ruangan Bapak Andi, kepala cabang kantor ini,” ia melanjutkan.
“Oh, baik, Bu,” sahutku. Aku pun mengikuti staf personalia
Tok..tok..tok..
Staf personalia itu mengetuk pintu sebuah ruangan lalu membuka pintunya.
“Assalamualaikum, Pak” kata staf itu.
“Wa’alaikum salam, masuk, Bu,” seorang pria menjawab.
“Pak, ini staf administrasi yang baru, namanya Bu Desy.”
“Oh, ini Bu Desy. Perkenalkan, saya Andi, Kacab kantor ini,”pria itu memperkenalkan dirinya.
Sambil berjabat tangan aku merasa wajah Pak Andi terlihat tidak asing bagiku. Wajahnya mengingatkanku pada seseorang di masa laluku, apakah dia Andi yang sama setelah kurang lebih 20 tahun berpisah!.
Dan ternyata dia bertanya, “Desy masih ingat dengan aku? Aku temanmu di SMP dulu.”
Tebakanku benar, dia memang Andi teman SMP dulu. Aku sempat pangling karena penampilannya yang sekarang telah berubah dan tampak jauh lebih dewasa.
“Andi, masyaallah. Maaf aku tidak mengenalimu karena kamu sudah banyak berubah. Bagaimana kabarmu?” kataku.
“Alhamdulillah, Des, kabarku baik. Bagaimana denganmu?” Andi bertanya lagi.
“Alhamdulillah, Di,” Aku menjawab sambil tersipu malu.
“Mulai sekarang kamu bekerja di bagian administrasi, ya. Selamat bekerja, Des,” katanya.
“Terima kasih, Pak,” kataku.
Jam sudah menunjukkan waktu pukul dua belas siang, tidak terasa tiba waktunya istirahat. Aku pun pergi ke kantin kantor untuk makan siang.
Setelah memesan makanan, aku duduk. Tidak lama kemudian, Andi datang dan dia bertanya apakah ia boleh ikut makan bersamaku. Aku membolehkannya.
Sambil makan, kami berdua mengobrol sambil membahas kenangan masa sekolah dulu.
Setelah selesai makanan, dia bertanya,”Des kamu sudah ada yang punya, belum?”
Deg…jantungku seolah berhenti berdetak. Pertanyaan itu membuat hatiku menjadi tidak karuan.
“Belum,” jawabku.
“Andaikan ku dapat mengungkapkan perasaanku dahulu, hubungan kita tidak hanya sebatas teman,” lanjutnya.
“Kalau kamu gimana, sudah menikah?” Aku balas bertanya.
“Aku juga sama, masih single,” jawabnya.
“Mungkin ini waktu yang kurang tepat, tapi aku ingin mengatakannya sekarang setelah 20 tahun kita berpisah. Maukah kau jadi pasangan halalku. Will you marry me?” tanyanya sambil menggenggam tanganku.
Dengan jantung yang bedegup kencang aku pun menjawab, “Yes, i will marry you”,sontak dia kegirangan.
“Alhamdulillah, you are my first love. Thank you, Des. I have been waiting you for a long time…”
#ajangfikminjoeraganartikel2021
#Day2
#lamaran
Editor: Dina Ananti