Joeragan artikel

Kisah Inspiratif Ekawati Prasetya yang Menjadi Perawat Profesional di Kuwait

Senyum mengembang ketika namanya dipanggil lalu toga dipasangkan oleh seorang guru besar saat wisuda di tahun 2001. Ekawati Prasetya Ahli Madya Keperawatan. Ya, perawat adalah cita-citanya sehingga selepas sekolah menengah atas, digelutinya ilmu keperawatan di sebuah akademi keperawatan di kota Madiun. Kendati bukan di Ponorogo, kota kelahirannya, wanita yang akrab disapa Eka ini tetap semangat menuntut ilmu.

Kini orang memanggilnya “Suster.” Panggilan kebanyakan orang Indonesia untuk profesi perawat perempuan. Merasa kurang puas mengamalkan ilmu di kota kecil, Eka akhirnya hijrah dan mendapat kesempatan bekerja di sebuah rumah sakit besar di Jakarta. Ibu dua anak ini, bekerja selama dua tahun di rumah sakit tersebut. Namun, jiwanya yang haus akan pengalaman begitu menggebu saat mendapat informasi peluang bekerja di rumah sakit luar negeri. Apalagi Kementerian Kesehatan memfasilitasi prosedur pelaksanaannya, mulai dari rekrutmen sampai keberangkatan. Berbekal pengetahuannya,  ia pun mengikuti tes perawat ke Kuwait. Ada 700 perawat yang mendaftar dan hanya 200 orang yang dapat berangkat. Satu di antaranya adalah Eka. Tahun 2003, ia berangkat ke Kuwait untuk mengamalkan ilmu keperawatan di sebuah rumah sakit.

Berada di negara orang dengan budaya dan bahasa yang berbeda membuat rasa kekeluargaan anak bangsa terjalin erat, termasuk orang-orang yang berprofesi sebagai perawat. Dirinya dan para perawat yang berasal dari Indonesia tergabung dalam Persatuan Perawat Nasional Indonesia perwakilan Kuwait (PPNIK) atau Indonesian National Nurses Association Kuwait (INNA-K).

Melalui organisasi keperawatan ini, ia bersama perawat-perawat Indonesia lainnya senantiasa mengembangkan diri untuk menjadi perawat profesional.

Tahun 2007, salah satu guru besar ilmu keperawatan Universitas Indonesia, Prof. Achir Yani Syuhaimie Hamid M.N., D.N.Sc, datang ke Kuwait. Para pengurus organisasi memanfaatkan kedatangannya untuk kerja sama membuka kelas jauh pendidikan keperawatan tingkat sarjana. Kerja sama berhasil dibangun dan pada tahun 2010 sukses mencetak tiga puluh orang sarjana keperawatan dari Universitas Padjajaran, Bandung. Sayangnya, program hanya berjalan satu angkatan, padahal kerja sama tersebut sangat membantu perawat Indonesia yang masih lulus diploma III. Perlu diketahui bahwa untuk meningkatkan pendidikan menjadi sarjana keperawatan di Kuwait agak sulit karena pendidikan tersebut masih diprioritaskan untuk warga negara asli.

Menyadari pentingnya gelar akademik bagi pengurus organisasi profesi, Ekawati Prasetya meningkatkan pendidikan formalnya ke jenjang pascasarjana di tahun 2014. Pendidikan tersebut ditempuhnya selama dua tahun di Middle East University Kuwait.

Perhimpunan Perawat Nasional Indonesia cabang Kuwait ini saat pandemi Covid-19 berpartisipasi aktif membantu KBRI memberikan penyuluhan melalui seminar kepada komunitas WNI, juga menyalurkan paket bantuan pangan saat lockdown. Mengisi era new normal, PPNIK membuat program podcast tentang ilmu keperawatan.

4 komentar untuk “Kisah Inspiratif Ekawati Prasetya yang Menjadi Perawat Profesional di Kuwait”

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

× Hubungi Kami