“Gengs, ini laga pamungkas kita, tetap kompak dengan tugasnya masing-masing. Kita usahakan shooting selalu three point!” Xena memberikan arahan kepada empat orang sahabatnya dalam tim basket kelas 11 IPA 2.
Pertandingan bola basket putri di SMU Kornita itu sudah memasuki babak grand final. Kelas 11 IPA 2 melawan kelas 11 IPS 3. Tim Xena melawan timnya Dessy. Xena sebagai kapten tim, terlihat sangat gesit mengumpan bola kepada Juju, si gadis manis berbadan mungil, penyerang yang sangat piawai menembakkan bola ke ring lawan. Sembilan puluh sembilan persen bolanya hampir tak pernah meleset.
Pertandingan berlangsung sangat alot, tim lawan cukup tangguh untuk dikalahkan. Hasil skor selalu berakhir imbang, hingga jelang akhir babak kedua usai.
“Xe, kasih umpan yang cepat ya, kita fast break sekarang!” kata Juju kepada Xena, kapten tim, sekaligus sahabat terdekatnya di sekolah.
Priit! Peluit wasit berbunyi kencang, tanda waktu istirahat minum sudah berakhir. Seluruh pemain kembali ke dalam lapangan. Suasana langsung berubah tegang, masing-masing tim bermain habis-habisan hingga penguasaan bola sangat ketat. Saat ini bola berada di tim Xena.
Juju baru saja mendapat operan bola dari Xena. Ketika bola sampai di tangannya, sekilas Juju melihat kedatangan Alex. Kakak kelas ganteng yang baru seminggu menjadi pacarnya. Alex dengan senyum yang memikat, melambaikan tangannya pada Juju dari sisi lapangan. Tepat di bawah ring tim kelas 11 IPA 2.
Melihat lambaian tangan Alex, Juju menjadi salah tingkah. Konsentrasi gadis itu terpecah. Ia malah menggiring bola menuju ring sendiri. Teriakan Xena yang mengingatkan kesalahan Juju, tidak digubris. Teriakan-teriakan teman satu timnya yang lain pun, seperti tak terdengar. Hanya Alex fokus di pikiran Juju saat itu. Telinganya seketika tuli dari suara teriakan emosional Xena dan kawan-kawan. Fokus dia ketika itu hanya satu, ingin menunjukkan keahlian tembakan three pointnya di depan Alex.
Beberapa detik kemudian, Juju berhasil menembakkan bola ke ring tepat di depan sosok Alex berdiri. Dengan perasaan penuh cinta, Juju melakukan tembakan bunuh diri. Tembakan akurat yang bernilai tiga poin. Hal yang membuat tim lawan unggul sekaligus memenangkan pertandingan.
Juju telah melakukan kesalahan fatal. Kesalahan konyol yang membuat timnya kalah dan juga berakibat pada retaknya hubungan persahabatan dia dengan anggota tim basket 11 IPA 2.
“Ju, I hate you, really hate you,” teriak Xena kepada Juju, sambil berlalu ke luar lapangan. Langkah Xena pun diikuti oleh teman satu timnya yang lain. Tergambar jelas kekecewaan yang mendalam pada wajah seluruh tim basket putri kelas 11 IPA 2.
“Xena, Cici, Selly ….” panggil Juju dengan sedih. Seakan baru sadar apa yang telah ia lakukan sangat mengecewakan sahabat-sahabatnya.
Alex yang tadi berdiri di pinggir lapangan kemudian mendekati Juju, lalu berkata, “Terima kasih, ya Ju, berkat kamu, tim adikku Dessy jadi juara!”
“Sialan, Lu!” umpat Juju pada Alex yang masih tersenyum puas penuh kemenangan.
_END_
#OSOFFday7
#GenreTeenlit
#PersahabatanVsCinta
#445kata