Hai, Ladies!
Kita sering mendengar berita tentang ibu yang mencelakai bayi yang baru dia lahirkan. Hal yang sungguh menyedihkan. Namun, kita tidak bisa serta-merta menuduh atau menghakimi sang ibu sebagai seorang yang kejam. Ternyata gangguan psikologis setelah melahirkan pada ibu cukup banyak terjadi.
Penyebab gangguan-gangguan kejiwaan ini tidak hanya pada satu hal. Baik karena perubahan fisik setelah melahirkan, maupun permasalahan psikis yang ibu alami. Hal ini berkaitan erat dengan proses melahirkan, termasuk perubahan hormonal saat hamil dan setelah melahirkan.
Dukungan lingkungan terdekat setelah ibu melahirkan adalah keluarga. Pada masyarakat tradisional yang lebih kental hubungan kekeluargaannya, ibu yang baru melahirkan biasanya akan ditemani oleh saudara-saudara perempuannya. Ibu akan dibantu dalam merawat dan mengurus bayi serta keperluannya.
Namun, dalam masyarakat modern yang lebih individual, kebiasaan itu nyaris tidak ada lagi. Seorang ibu harus mengurus segala keperluan dan merawat bayinya sendiri. Di sinilah peran suami menjadi sangat penting. Dukungan dari suami akan sangat meringankan beban ibu.
Perlu kita sadari bahwa seorang ibu yang baru melahirkan berada dalam kondisi fisik yang lemah sehingga mudah merasa lelah. Sementara itu, dia harus menyusui dan merawat bayinya. Jika terdapat lebih dari satu anak, tak jarang, sang kakak pun menjadi lebih rewel karena merasa perhatian orang tuanya hanya tercurah untuk adiknya. Hal ini tentunya membuat ibu lebih repot lagi.
Selain itu, terkadang juga mendapat tekanan dari lingkungan yang memperburuk keadaan.
“Asinya tidak keluar, ya? Makanan ibunya kurang bergizi, tuh.”
“Bayinya kok enggak dibedung? Nanti kakinya pengkor, lo.”
“Gendongnya jangan begitu, nanti bayinya enggak nyaman.”
Masih banyak komentar lain semacam itu yang orang lain lontarkan untuk mencela cara sang ibu dalam merawat bayinya. Percakapan semacam ini bisa menimbulkan kebingungan dan perasaan cemas bagi ibu. Sang ibu jadi merasa tidak percaya diri dan membuatnya merasa tidak mampu mengurus bayinya dengan baik.
Ada 3 macam gangguan kejiwaan setelah kelahiran.
1. Baby Blues Syndrome
Sindrom ini banyak ibu alami pada saat melahirkan pertama kali. Gejalanya berupa rasa sedih yang berlarut, kecemasan, dan emosi yang tidak stabil. Umumnya, ibu merasakan hal ini pada pekan-pekan awal setelah melahirkan ketika ia mulai merawat sendiri anaknya. Tekanan lingkungan, kelelahan, dan kebingungan dalam mengurus bayi menjadi penyebab yang paling umum.
2. Depresi Postpartum
Depresi postpartum adalah gangguan kejiwaan yang tidak hanya ditandai dengan gejala psikologis, tetapi juga disertai gejala klinis. Gejala psikologis yang ibu alami adalah merasa sangat tertekan, sering menangis, sulit tidur dan kehilangan minat pada hal-hal yang menyenangkan. Pada beberapa kasus, muncul keinginan untuk bunuh diri.
Selain itu, ada juga gejala klinis berupa sakit kepala, sesak napas ringan, nyeri dada, denyut jantung cepat, dan penurunan berat badan.
3. Psikosis Postpartum
Ini adalah gangguan kejiwaan yang paling serius dan harus mendapatkan perawatan segera. Seorang ibu yang mengalami hal ini akan mulai menunjukkan gejala psikotik dalam waktu tiga minggu setelah melahirkan.
Gejalanya meliputi delusi dan halusinasi, yaitu melihat atau mendengar hal-hal yang tidak nyata.
Selain itu, sang ibu juga mengalami gangguan tidur dan perubahan suasana hati. Pada kondisi psikotik inilah, seorang ibu sering berpikir untuk menyakiti bayinya. Psikotik postpartum ini tidak hanya muncul pada kelahiran pertama, tetapi juga mungkin terjadi pada kelahiran selanjutnya.
Gangguan psikologis setelah melahirkan tidak dapat kita sepelekan. Pada kondisi berat, gangguan ini bahkan bisa mengancam nyawa ibu dan bayinya.
Jika Ladies mendapati keluarga atau teman setelah melahirkan terlihat murung, tidak bersemangat atau sering menangis, tidak ada salahnya Ladies menunjukkan dukungan dan menawarkan bantuan. Ladies bisa mengunjunginya lebih sering dengan membawakan camilan yang dia sukai. Ladies bisa juga sekadar menelepon dan mendengarkan keluhannya.