Siang itu ruang perpustakaan sekolah terlihat lengang. Tak banyak siswa yang mengisi waktu dengan duduk membaca di sana. Hanya beberapa orang yang tampak asyik membaca atau mendengar audio melalui headset yang terpasang di telinga.
Aldi menyapu pandangan ke seluruh ruang berharap menemukan sosok yang dicarinya.
Senyumnya mengembang saat pandangannya tertumbuk pada seorang gadis manis berjilbab putih yang sedang asyik mencatat sesuatu di bukunya.
Aldi berjalan menghampiri kemudian menarik kursi yang ada di hadapan gadis itu dan langsung duduk di situ.
Mendengar ada suara di hadapannya, si gadis mendongak. Pandangan keduanya bertemu, senyum Aldi kembali terkembang.
Sementara si gadis justru bersikap tidak perduli dan berbuat seolah-olah tidak melihat senyuman dari pemuda ganteng yang ada di hadapannya lalu kembali sibuk dengan catatannya.
“Hai Alin,” sapa Aldi pelan pada gadis itu.
“Ada apa?” tanya gadis yang dipanggil ‘Alin’ itu tanpa memandang wajah yang diajak bicara.
“Enggak ada apa-apa, cuma ingin ketemu saja,” jawab Aldi santai.
“Sudah ketemu, kan? Sekarang jauh-jauh sana, jangan ganggu aku!” usir Alin pada pemuda itu.
“Galak amat, kamu kalau lagi marah tambah cakep, deh!” goda Aldi membuat pipi Alin memerah jengah.
“Jangan macem-macem kamu!” desis Alin pada Aldi. Aldi malah tersenyum makin lebar. Senang hatinya melihat gadis itu terpancing ucapannya.
“Aku enggak macam-macam, cuma minta perhatian,” goda Aldi lagi sengaja memancing reaksi Alin.
“Aldi!” teriak Alin tanpa sadar karena jengkel Aldi mengganggu pekerjaannya. Membuat seisi ruang itu menoleh ke arah mereka.
“Sttt … kalau mau berantem di luar! Ini perpustakaan, harap tenang!” tegur petugas perpustakaan pada keduanya.
“Maaf … maaf … ,” Alin dan Aldi membungkuk dalam-dalam sambil menaruh tangan mereka di dada meminta maaf pada semua yang terganggu dengan perbuatan mereka.
Alin segera membereskan perlengkapan yang ada di atas meja dan memasukkannya ke tas.
Dia sudah tak berniat melanjutkan apa yang sedang dia kerjakan tadi, sebelum Aldi datang mengganggunya.
Dengan langkah cepat Alin segera meninggalkan ruang perpustakaan diikuti oleh Aldi yang turut keluar bersamanya.
“Ngapain sih, ngikutin aku terus?” tanya Alin belum habis rasa sebalnya karena diganggu oleh Aldi.
“Aku kan cuma pingin bareng kamu, Lin,” ujar Aldi, kali ini dengan mimik serius.
“Akhir-akhir ini kita makin jarang bersama. Aku kangen kamu,” sambung Aldi lagi.
Alin menghela napas panjang sebelum kemudian berkata,
“Iya juga sih, aku juga kangen, Di. Tapi kita kan masing-masing punya tugas yang harus diselesaikan,” ujar Alin.
“Lagi pula meski kita saudara kembar bukan berarti harus ke mana-mana barengan terus kan, Di?”
Tangerang, 19 Januari 2019