Pulang sekolah Zahra bergegas ke kamar mama yang kebetulan pintunya terbuka. Ada hal yang ingin dia bicarakan. Ia dilanda kegalauan.
“Assalamualaikum, Ma,” salam Zahra di depan pintu kamar setelah lebih dulu mengetuknya. Namun, hening tak ada jawaban.
Tiba-tiba terdengar suara sendok terjatuh dari arah dapur. Zahra segera menghampirinya. Ternyata, mama sedang membuat kudapan untuk teman nonton TV. Dipeluknya wanita itu dari belakang.
“Mamaaaa!” seru Zahra manja. Wanita yang dipanggil mama itu tampak terkejut. Ia menghentikan aktivitasnya sembari menghela napas dalam.
“Kamu, Zee. Bikin kaget mama, deh,” kata Mama.
“Maaf,” ucap Zahra tersenyum. Diciumnya kedua tangan dan pipi mama dengan takzim. Digandengnya tangan mama untuk duduk.
“Ada apa, sih? Serius amat mukanya,” tanya Mama memandangi raut Zahra dengan seksama.
Zahra terdiam. Hanya kedua mata coklatnya yang indah menatap mama. Bibirnya terasa berat untuk mulai bicara.
“Ma, besok Kintan ulang tahun. Zee diundang ke acaranya. Bingung mau ngasih kado apa,” ucap Zahra lirih.
Gadis itu benar-benar gelisah. Di satu sisi Zahra tidak mau membebani mamanya. Namun, di sisi lain ia sendiri tidak punya cukup uang untuk membeli kado ulang tahun buat Kintan.
Kintan adalah sahabat karibnya sejak SMP. Besok ulang tahunnya yang ketujuh belas dan akan dirayakan di Kafe Rose. Papanya yang seorang konsul sudah menyewa kafe itu khusus untuk acara Kintan.
Zahra sangat ingin hadir ke sana, tetapi kado apa yang pantas untuk Kintan? Toh, hampir semua barang yang diinginkan sudah dia miliki.
“Kenapa tidak membuat doodle yang spesial buat Kintan? Mama kira dia akan suka. Apalagi itu hasil karya kamu sendiri,” usul Mama sembari menatap anak gadisnya penuh arti.
Seakan mendapat energi baru, Zahra spontan memeluk mamanya dengan mata berbinar.
“Terima kasih, Mama Cantiiik! I love you!” seru Zahra seraya mencium kedua pipinya.
Namun, mendadak Zahra terdiam kembali. Ada sisa kegamangan di matanya. Ragu-ragu bibirnya untuk berucap.
“Apalagi? Pigura?” tebak Mama tersenyum. Gadis itu menganggukkan kepala yang disambut Mama dengan tertawa kecil.
“Oke. Sekarang bagi tugas, ya. Tugas kamu bikin doodle yang istimewa, sedangkan tugas mama menyiapkan pigura hingga finishing kadonya. Gimana? Setuju?”
“Setujuuu!” sorak Zahra kegirangan.
***
Akhirnya, selesailah doodle spesial untuk kado ulang tahun Kintan. Semalaman ia menyiapkan sketsa dan menyelesaikan doodle itu. Sungguh, kado yang sempurna.
Selamat ulang tahun, Kintan, bisik hatinya bahagia. Diikatkannya pita putih di atas kertas kado berwarna hitam yang telah membungkus kotak kado itu.
Hitam putih adalah warna kesukaan Kintan. Dia pasti senang menerimanya.
Bandung, 21 April 2019
***