Joeragan artikel

Kado dari Ibu (Weredlwinke_ pixabay.com)

Kado dari Ibu

Teng. Teng. Teng.

Terdengar suara lonceng sekolah, tanda aku harus pulang.

“Siti, main, yuk!” ajak temanku.

“Maaf, enggak bisa. Aku harus berjualan,” jawabku.

Seperti biasanya, sepulang sekolah aku harus berjualan kue yang sudah dibuat ibu.

Sebagai anak yatim, mau tidak mau aku harus membantu ibu mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup kami sehari-hari.

 

“Kue, kue! Masih hangat! Silakan kuenya, Bu,” ujarku menawarkan dagangan.

 

“Sini, Nak. Ada kue apa saja? Kebetulan ibu sedang membutuhkan kue yang banyak. Sore ini ada pesta ulang tahun anak ibu,” kata seorang ibu menghampiriku dan membeli kue dagangan.

 

“Ada kue mangkok, kue lapis, kue sus, pastel, risoles, dan aneka macam gorengan, Bu,”jawabku.

 

“Dibungkus, ya. Semua jadi berapa?” tanya ibu itu.

 

“Alhamdulillah. Seratus ribu, Bu,” balasku bersyukur karena barang dagangan habis terjual.

 

“Ini uangnya.” Ibu itu menyodorkan uang lembar seratus ribu.

 

“Terima kasih. Mudah- mudahan Ibu bisa menjadi pelangganku.

“Iya. Sama-sama, Nak.”

Andai aku bisa berulang tahun seperti anak ibu itu. Pasti senang sekali dihadiri oleh teman-temanku dengan membawa berbagai macam kado,” gumamku dalam hati.

 

Aku pulang dengan wajah berseri-seri. Tidak sabar ingin memberikan uang hasil dagangan

 

“Assalamu’alaikum, Bu. Alhamdulillah daganganku habis,” kataku sambil memberikan uang.

“Wa’alaikumsalam. Alhamdulillah, Nak.” jawab Ibuku.

“Nak, hari ini kamu berulang tahun. Maaf, Ibu tidak bisa memberikan apa-apa. Hanya doa terbaik dari Ibu. Semoga cita- citamu menjadi guru tercapai sehingga kamu bisa memberikan ilmu kepada orang lain”,do’a Ibu.

 

“Tidak apa-apa, Bu. Malah aku berterima kasih karena Ibu sudah merawat dan menyayangiku dari kecil sampai sekarang. Doa dari Ibu adalah kado terindah buatku. Aku sayang ibu,” kataku dengan mata berkaca-kaca sambil memeluk wanita itu.

 

Walau tidak mendapatkan hadiah, tetapi mendapatkan doa yang terindah dari ibu sudah membuatku sangat bahagia.

 

Sebenarnya aku lupa jika hari ini adalah hari ulang tahunku. Jangankan ingat, aku terlalu sibuk oleh tugas sekolah dan membantu ibu berjualan. Namun, ibu selalu ingat hari kelahiranku. Semenjak ayah tiada, belum pernah lagi aku merayakan hari ulang tahun. Tidak apa karena aku menerimanya sebagai jalan hidup.

 

Kini  usiaku sudah menginjak angka tujuh belas. Selain bercita-cita menjadi guru, aku pun ingin menjadi pengusaha di bidang kuliner, khususnya cake dan pastry.

 

Dengan doa yang diberikan ibu, aku bertekad untuk mewujudkan cita-cita itu dan mengubah hidup menjadi seseorang yang sukses dan dapat membahagiakan wanita itu.

 

Editor: Rizki Amallia Eshi

#ajangfikminjoeraganartikel2021

#Day9

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

× Hubungi Kami