Hai, Smart Ladies!
Tidak mudah bagi seorang wanita untuk bisa bertahan hidup di negara orang. Akan tetapi, tak sedikit pula bangsa kita yang bercita-cita bisa pergi mengelilingi dunia. Termasuk wanita yang satu ini.
Berawal dari ketertarikannya pada mata pelajaran Geografi di bangku SMP terutama materi jelajah Eropa, Enni Sitepu bercita-cita untuk pergi ke Belanda, salah satu negara yang menjajah Indonesia. Dia berjanji pada diri sendiri bahwa suatu hari akan datang ke Negeri Kincir Angin tersebut untuk melihat langsung kincir anginnya,ย memegang tulip di Keukenhof, berkunjung ke Madurodam, hingga melihat Dijks bendungan raksasa. Akhirnya, mimpi yang tampak mustahil itu terwujud sepuluh tahun kemudian.
Wanita kelahiran Binjai ini mendapat kesempatan menginjakkan kaki di Belanda berkat pertukaran budaya. Padahal saat itu dia telah menjadi dosen bahasa Inggris di Akper Medistra Lubuk Pakam. Namun, demi sebuah mimpi dia tetap memilih untuk keluar dari zona amannya. Selama tinggal satu tahun di sana, wanita yang suka kopi tanpa gula ini tidak begitu banyak mempelajari bahasa Belanda karena dalam kesehariannya orang Belanda banyak menggunakan bahasa Inggris. Sehingga meski dipelajari pun, jika tidak digunakan tentu akan cepat terlupakan.
Di musim panas 2012, usai program pertukaran budaya, Enni berpindah ke Norwegia. Selama tiga tahun menetap di Norwegia, ia menemukan jati dirinya dan bertemu si belahan jiwa, seorang pria berkebangsaan Perancis. Setelah menikah ia memutuskan mengikuti sang suami ke negara asalnya.
Memulai kehidupan lagi dari nol tentu bukan perkara mudah. Terutama di negeri orang. Jarangnya orang Perancis dalam menggunakan bahasa Inggris dan adanya aturan yang mewajibkan setiap pelamar pekerjaan mempunyai ijazah Perancis, sempat membuat Enni kerepotan dalam mencari pekerjaan. Perasaan senang terluap darinya saat mendapat pekerjaan sebagai pegawai hotel. Pekerjaan yang sesuai dengan latar pendidikannya yang merupakan lulusan bahasa Inggris Unika Medan tahun 2010. Sesuatu yang patut disyukuri karena dia berhasil memperoleh pekerjaan di antara tiga juta orang pengangguran di Perancis.
Saat ini Enni bekerja di salah satu hotel ternamaย di Perancis sebagai pegawai ruang sarapan. Profesi yang telah ditekuninya sejak tahun 2016 hingga sekarang mengajarkannya hal yang penting, bahwa apapun tugasnya di dunia perhotelan, dia harus serba bisa. Karena bekerja sebagai penanggung jawab hotel breakfast service di Perancis dituntut untuk dapat membuka ruang sarapan, menyambut klien, menata meja makan, hingga membereskan bekas makanan tamu hotel sendiri. Semua pekerjaan dilakukan serba otomatis. Berbeda dengan di Indonesia, satu layanan bisa dikerjakan oleh sepuluh orang.
Sayangnya, di masa pendemi seperti sekarang, pekerjaan yang dulu dilakoninya setiap hari kini hanya dilakukan pada hari Sabtu. Meski pekerjaan ini jam kerjanya kurang fleksibel karena tak mengenal akhir pekan dan hari libur nasional, Enni tetap menikmatinya. Karena lewat pekerjaan tersebut, dia yang senang melayani dan memberi informasi bisa bertemu dan berinteraksi langsung dengan banyak orang dari berbagai belahan dunia, mengenal negara mereka, bahkan mempraktikkan bahasanya.
Sedikit tips dari wanita yang mahir berbahasa Inggris, Norwegia, dan Perancis ini bagi Ladies yang berminat untuk mencari pekerjaan di negara orang adalah hindari menjadi pemilih pekerjaan. Mulailah dengan kontrak pendek. Meski hanya bekerja di akhir pekan atau seminggu, lama-lama akan menjadi hitungan bulan bahkan diangkat menjadi pegawai tetap.
Jika tertarik, Ladies bisa mengikuti perjalanan hidupnya di www.ennidiperancis.com.
Kereeeen!!!
Mbak Rizky menceritakannya jadi menarik, ya Mbak Rachmi ๐
Terima kasih sudah bersedia menuliskan tentang saya, ya Mbak Rizky ๐