Suatu malam, di sebuah desa terdengar nyanyian merdu seorang sinden yang diiringi lantunan suara gamelan.
“Ayo teman-teman kita lihat pertunjukan wayang golek, sebentar lagi dimulai?” ajak Adi kepada teman-temannya.
“Ayo!” jawab Bagas dan Chiko.
Adi dan teman-temannya sangat menyukai pertunjukan wayang golek. Selain menampilkan alur yang dibumbui komedi. Ceritanya selalu mengandung makna dan pelajaran yang bisa diambil.
“Judul lakonnya apa, Di?” tanya Bagas.
“Jabang Tutuka,” jawab Adi.
“Siapa itu Jabang Tutuka?” tanya Chiko.
“Nama panggilannya Gatot Kaca sewaktu bayi,” jawab Adi.
Mereka puna tiba di tempat pertunjukan dan duduk berdampingan. Acara dimulai mereka menyaksikannya dengan penuh semangat. Dalang langsung memainkan wayang-wayangnya.
Alkisah di sebuah kerajaan Hastinapura yang dipimpin oleh seorang raja bernama Drestarasta. Dia memiliki seratus anak laki-laki dan satu anak perempuan. Putra mahkota pertamanya bernama Duryodhana.
Duryodhana seorang pangeran yang licik. Dia ingin menguasai tahta kerajaan Hastinapura tanpa ingin membagi dengan saudara sepupunya yang bernama Yudishtira beserta keempat saudaranya yaitu Bima, Arjuna,Nakula, dan Sadewa.
Hingga muncullah ide untuk melenyapkan kelima saudaranya berserta ibunya yang bernama Kunti, dengan cara membumihanguskan kerajaan yang khusus dihadiahkan untuk keluarga pandawa.
Duryodhana dan Sangkuni menyangka idenya itu berhasil, tetapi para pandawa beserta ibunya masih dilindungi yang Maha Kuasa. Kakek mereka yang bernama Bisma dan pamannya yang bernama Widura sangat bersedih akan kepergian para Pandawa. Mereka pun mengadakan sayembara, karena mereka yakin para Pandawa masih hidup.
Namun, ibunya memutuskan untuk tidak kembali kerajaan. Dewi Kunti memilih keselamatan kelima anak-anaknya daripada memilih harta dan tahta kerajaan.
Mereka memutuskan untuk bersembuyi saat di tengah perjalanan, masuk ke dalam gua di hutan. Mereka tidak menyadari bahwa itu adalah hutan terlarang, yang dihuni oleh para raksasa yang suka memakan daging manusia.
Saat mereka tertidur, Arjuna mendengar seorang wanita yang sedang menangis. Didekatinya wanita itu dan mencoba menghiburnya, tetapi tetap saja menangis.
Lalu datanglah Bima, seketika wanita itu berhenti menangis dan menatap wajah Bima dengan berseri-seri. Begitu pun Bima menatap wanita itu dengan terpesona.
Mereka tidak tahu wanita itu adalah seorang raksasa yang bernama Arimbi. Dia berubah menjadi manusia dan mempunyai maksud untuk menjebak mereka supaya daging mereka bisa disantap oleh para raksasa.
Tapi , Arimbi tidak ingin hal itu terjadi sehingga terjadilah pertarungan sengit antara raja raksasa dan Bima yang dimenangkan oleh Bima.
Karena raja sudah kalah, Bima menjadi raja para raksasa selanjutnya, dan menikahi Arimbi. Mereka pun merayakannya dengan penuh suka cita.
Dari pernikahan tersebut lahirlah seorang bayi laki-laki yang diberi nama Gatot Kaca. Karena ari-arinya susah terpotong maka dipanggillah bayi itu dengan nama Jabang Tutuka.
Bima dan Arimbi berinisiatif untuk merebus Jabang Tutuka di kawah Candradimuka untuk menambah kesaktian dan kekuatannya disertai lemparan senjata para dewa yang merestui kelahiran Jabang Tutuka. Maka terbentuklah sosok Gatot Kaca yang pemberani dan ditakuti lawan-lawannya.
Diceritakan Jabang Tutuka sudah berumur tiga tahun namun belum ada satu senjata pun yang bisa memotong tali ari-ari Jabang Tutuka. Hanya pamannya lah yaitu Arjuna satu-satunya yang bisa memotong tali ari-ari Jabang Tutuka dengan bantuan senjata Konta.
Editor: Fitri Junita
#ajangfiksijoeraganartikel2021