Halo, Smart Ladies!
Dunia pendidikan zaman now berubah menjadi sebuah dunia persaingan. Anak-anak dipacu untuk menjadi nomor satu, mereka dipaksa untuk menguasai semua bidang. Sekolah hanya berfungsi menjadi tempat transfer pengetahuan dan mengesampingkan penanaman karakter terhadap anak didik. Guru juga mengalami pressure yang tidak kalah hebatnya.
Pemenuhan kriteria ketuntasan pembelajaran, bejibun administrasi, pemberkasan-pemberkasan yang membuat guru hanya jasadnya saja yang mengajar, sedangkan pikirannya melayang memikirkan tugas-tugas administratif. Selain itu, undang-undang yang disahkan mengenai tindak kekerasan terhadap anak membatasi ruang gerak guru. Ada banyak guru yang berurusan dengan pihak berwajib karena dilaporkan telah melakukan pemukulan terhadap siswa.
Ruwetnya Dunia Pendidikan
Ladies, demi mencari jalan aman, guru anak-anak kita menjadi guru yang pasif. Hanya diam melihat perilaku yang tidak baik bahkan diperlakukan tidak baik oleh siswanya. Kita begitu sedih mendengar ada seorang tenaga pendidik yang meninggal dunia karena dipukul oleh anak didiknya. Kita juga sempat terheran-heran melihat berita, ada guru yang diserang oleh orang tua murid. Di sosmed juga beredar video, pelajar-pelajar kita dengan cueknya merokok di lingkungan sekolah, tidur saat belajar, memainkan ponsel ketika jam belajar.
Inilah kondisi ‘suram’ dunia sekolah anak-anak kita. Ruwetnya dunia pendidikan membuat suasana panik yang tidak terasa. Anak-anak pun jadi anak-anak yang diselimuti stres yang tidak mereka sadari. Kasus perundungan, kekerasan fisik, dan verbal, sikap introvert hingga trauma untuk bersekolah banyak terjadi. Guru juga mengalami hal yang serupa. Para pejuang pendidikan hanya menjadi ‘robot’ yang menyampaikan pelajaran bukan lagi penjaga moral anak-anak kita.
Smart Ladies, alangkah meruginya kita, selama 12 tahun anak-anak bersekolah, bahkan waktu mereka hampir habis berada di sekolah. Namun, karakter buah hati tidak berkembang dengan baik. lalu apa yang bisa kita lakukan sebagai orang tua?
Orang Tua sebagai “Partner” Sekolah
Kita—orang tua—adalah partner-nya sekolah dan sekolah juga tidak bisa menghilangkan peran orang tua. Meski jenjang sekolah sudah tingkat atas, orang tua harus banyak terlibat memantau perkembangan buah hatinya yang sudah beranjak remaja. Kuncinya adalah komunikasi. Komunikasi yang baik dan sehat dengan berbagai pihak di sekolah. Orang tua harus terbuka menerima hasil laporan dan memposisikan diri ‘tidak berpihak’. Orang tua siap membela buah hatinya, apabila ada “ketidakberesan” yang terjadi di sekolah.
Ladies, sapa guru anak-anak kita. Tunjukan sikap hormat kepada para pejuang pendidikan yang mendidik buah hati kita. Perintah anak-anak untuk bersalaman ketika bertemu mereka. Dari sanalah, anak-anak belajar bahwa mereka harus menghormati gurunya.
Sering-seringlah bertanya tentang perkembangan buah hati kita di sekolah. Mintalah mereka untuk menyampaikan kondisi buah hati kita dengan sewajarnya. Jika ada perilaku anak yang tidak baik saat berada di sekolah, pihak sekolah, guru, dan orang tua harus bersinergi “meluruskan” perilaku anak.
Jalin Komunikasi dengan Pihak Sekolah
Jika anak kita bersifat introvert dan jarang mau bergaul. Orang tua harus menyampaikan karakter anak kepada pihak sekolah karena anak dengan sifat demikian akan rentan menjadi sasaran perundungan. Semua lini harus membantu anak agar mempunyai “ketahanan” mental untuk menghadapi rundungan, serta mengajarkan kepada anak introvert untuk menjaga komunikasi dengan orang dekatnya.
Sejatinya, orang tua harus memperbesar perannya ketika mendampingi anak usia sekolah. ketika hubungan orang tua dan sekolah terjalin dengan baik. Anak-anak akan tumbuh menjadi anak yang berkarakter tangguh. Tidak ada lagi anak yang akan mengalami kekerasan, menjadi korban perundungan, berperilaku tidak sopan kepada guru-gurunya, kecanduan narkoba, dan kenakalan remaja. Semua terdeteksi dengan cepat dan teratasi dengan tanggap.
Smart Ladies, Anak-anak kita adalah generasi penerus bangsa ini. Mari kita dampingi mereka hingga tumbuh menjadi dewasa. Perkembangan karakter anak adalah tanggung jawab kita bersama. Mari bergandengan tangan dengan pihak sekolah menciptakan anak-anak yang berkarakter bermartabat.
Semoga bermanfaat.