Halo, Smart Ladies!
Kontrasepsi telah menjadi satu kebutuhan khusus dalam tiga dekade belakangan ini. Bahkan, dalam satu dekade belakangan, kontrasepsi justru telah menjadi sebuah gaya hidup. Jika pada zaman orang tua kita, yaitu generasi baby boomers, pemakaian kontrasepsi masih harus dipaksa oleh petugas, sekarang sudah tidak lagi. Sekarang, banyak orang yang dengan suka rela menjadi akseptor KB, bahkan merasa perlu untuk mencari informasi lebih jauh tentang kontrasepsi. Sayangnya tidak semua informasi yang ada di internet benar adanya.
Sesuai dengan namanya, kontrasepsi hormonal berarti sebuah metode kontrasepsi yang mengandung hormon sintetis. Hormon sintetis ini bertugas untuk memanipulasi metabolisme reproduksi pada tubuh perempuan agar tidak terjadi kehamilan.
Agar lebih mengenal tentang kontrasepsi hormonal, yuk, kita ikuti 5 panduan praktis ini.
1. Jenis Kontrasepsi Hormonal
Terdapat dua jenis kontrasepsi hormonal. Jenis yang pertama adalah kontrasepsi hormonal kombinasi yang terdiri dari hormon estrogen dan progestin dan yang kedua adalah kontrasepsi hormonal yang hanya terdiri dari hormon progestin. Hormon estrogen dalam sistem reproduksi berfungsi untuk merangsang kematangan sel telur di dalam indung telur dan kesiapan dinding rahim untuk menerima kehamilan. Sementara itu, hormon prosgesteron berfungsi untuk menyiapkan rahim sebagai tempat tumbuh janin.
2. Alat Kontrasepsi yang Mengandung Hormon
Kontrasepsi hormonal terdapat di dalam berbagai jenis alat kontrasepsi, di antaranya: pil, suntikan, implant, AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) jenis tertentu, koyo, dan cincin vagina. Setiap jenis alat kontrasepsi tersebut memiliki kandungan kadar hormon yang berbeda-beda. Cara pakai dan dosisnya juga berbeda-beda.
3. Mekanisme Pengaturan Hormon dalam Tubuh
Tubuh seorang perempuan mempunyai mekanisme sendiri untuk mengatur produksi hormon estrogen dan progestin dalam tubuh. Dengan adanya pemasukan hormon sintetis ke dalam tubuh, maka otak akan mendeteksi kadar estrogen dan progesteron tersebut. Apabila dirasa kadarnya telah cukup, tubuh dengan sendirinya akan menghentikan pengeluaran hormon yang alami.
4. Cara Kerja Kontrasepsi Hormonal
Cara kerja kontrasepsi hormonal di dalam tubuh perempuan ada tiga, yakni mencegah indung telur melepaskan sel telur yang matang agar tidak terjadi pembuahan, mengubah ketebalan dinding rahim untuk menyulitkan sel sperma bergerak masuk ke dalam rahim, dan mengubah lapisan dinding rahim agar tidak dapat menjadi tempat tumbuhnya sel telur yang telah dibuahi.
5. Efek Samping Penggunaan Kontrasepsi Hormonal
Efek samping penggunaan alat kontrasepsi hormonal berbeda pada setiap orang. Karena cara kerja kontrasepsi hormomal memang mengganggu siklus haid, Ladies tidak perlu terlalu risau jika siklus haid menjadi tidak teratur setelah memakai kontrasepsi jenis ini. Efek samping yang paling sering muncul adalah berhentinya haid pada awal pemakaian kontrasepsi hormonal. Hal ini membuat akseptor menjadi waswas akan terjadinya kehamilan.
Secara umum, efek samping yang mungkin terjadi antara lain:
– perdarahan di luar siklus haid (mulai flek hingga perdarahan banyak);
– rasa mual, sakit kepala, dan migrain;
– peningkatan nafsu makan dan berat badan;
– perubahan suasana hati;
– gangguan pola haid hingga henti haid sementara;
– penurunan hasrat untuk melakukan hubungan suami istri;
– munculnya jerawat, flek pada wajah; serta
– kenaikan tekanan darah.
Keadaan tersebut adalah efek samping yang sering dilaporkan oleh pengguna kontrasepsi jenis hormonal ini. Selain itu, ada efek samping lain yang jarang dilaporkan, seperti nyeri ulu hati dan gangguan dalam penglihatan. Efek samping akibat kontrasepsi homornal ini akan berangsur menghilang ketika penggunaannya dihentikan.
Jika efek samping ini dirasakan sangat menggangu, misalnya terjadi perdarahan yang terus-menerus atau flek yang berlangsung lama, sebaiknya Ladies segera mencari pertolongan pada tenaga kesehatan yang terpercaya.
6. Kontraindikasi Penggunaan Kontrasepsi Hormonal
Apabila Ladies mengalami beberapa kondisi berikut, tidak disarankan menggunakan alat kontrasepsi hormonal, yaitu: obesitas (dengan Indeks Massa Tubuh / BMI lebih dari 35), sedang menyusui, memiliki penyakit hipertensi menahun, mempunyai riwayat penyakit penyumbatan pembuluh darah, serta menderita kanker payudara.
Kondisi dan metabolisme tubuh setiap perempuan tentu saja berbeda sehingga pilihan alat kontrasepsi hormonalnya pun juga tidak akan sama. Pemilihan alat kontrasepsi hormonal yang tepat akan membantu keefektifannya. Untuk menemukan alat kontrasepsi hormonal yang tepat, Ladies sebaiknya datang dan berkonsultasi langsung dengan tenaga kesehatan yang kompeten.