Hai, Smart Ladies!
Pernah mendengar tentang hoarding disorder? Jika belum, coba lihat kondisi kamar Ladies saat ini. Jika kamar terlihat berantakan dan dipenuhi barang-barang yang tidak terpakai, tetapi Ladies tak rela membuangnya, berhati-hatilah! Jangan-jangan Ladies mengalami hoarding disorder.
Meskipun tampak biasa, hoarding disorder bisa mengganggu kesehatan, lo. Untuk mengetahui lebih jelas tentang hoarding disorder, kita simak ulasannya berikut ini, yuk!
Apa Itu Hoarding Disorder?
Hoarding disorder adalah suatu gangguan yang membuat penderitanya memiliki kebiasaan mengumpulkan dan menimbun barang yang tidak terpakai. Barang yang dikumpulkan bisa bermacam-macam, mulai koran, buku, hingga wadah plastik. Penderita gangguan ini disebut sebagai penimbun (hoarder).
Apakah seorang kolektor bisa dikategorikan sebagai hoarder? Seorang kolektor suka mengumpulkan barang tertentu, merawat, dan menyimpannya dengan rapi. Sementara itu, hoarder akan menumpuk barang tanpa benar-benar menyukai barang tersebut. Mereka pun tak rela jika harus membuang barang tersebut. Biasanya ini akan berlangsung selama belasan atau puluhan tahun.
Gejala
Beberapa ciri atau gejala yang umum dimiliki oleh hoarder adalah sebagai berikut.
1. Cemas hingga stres jika harus membuang barang yang dimiliki.
2. Khawatir akan kehilangan barang-barang yang dimiliki.
3. Merasa malu dengan barang-barang yang ditimbun.
4. Sulit bersosialisasi dengan keluarga atau teman, sering memiliki masalah keuangan dan kesehatan akibat kebiasaan menimbun barang.
Ciri yang paling mudah terlihat adalah dengan melihat jumlah barang yang dimiliki dan seberapa berantakan tempat tinggal atau area kerja mereka. Biasanya gejala hoarding alias penimbunan barang muncul sejak usia remaja atau sekitar usia 13 tahun. Umumnya, penderita hoarding disorder juga memiliki penyakit mental, seperti merasa cemas, depresi, dan gangguan mental lainnya.
Penyebab
Penyebab seseorang menjadi hoarder tidak diketahui secara jelas, bisa berasal dari faktor genetika, kimia, atau peristiwa traumatis. Namun, ada beberapa hal yang bisa menjadikan seseorang lebih rentan mengalami hoarding disorder dibanding yang lain. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Umumnya, hoarder terjadi pada individu yang memiliki sifat peragu;
2. Seseorang rentan mengalami hoardir disorder jika salah satu anggota keluarga atau teman dekatnya juga seorang hoarder;
3. Pernah mengalami peristiwa yang menyakitkan, misalnya perceraian, perpisahan, atau korban perundungan;
4. Beberapa orang melakukan penimbunan sebagai peralihan dari rasa kesepian.
Dampak Buruk
Benarkah “cuma” menimbun barang akan menyebabkan dampak buruk? Sebelum menjawab pertanyaan itu, perlu diketahui bahwa kadar hoarder tiap orang berbeda-beda. Pada hoarder dengan tingkatan cukup berat, dampaknya bukan hanya pada diri sendiri, tetapi juga pada orang-orang di sekitarnya. Saking banyaknya barang yang ditimbun, tempat tinggalnya seperti tidak layak huni. Lantaran seluruh ruangan dipenuhi barang, mereka akan mengalami kesulitan melakukan aktivitas dan ini akan berdampak buruk pada kesehatan.
Penderita gangguan ini sebenarnya malu dengan perilakunya karena rumah mereka terlihat sangat berantakan. Karena itu, mereka perlahan menarik diri dari pergaulan sampai melakukan isolasi sosial. Jika ini terjadi, penderita bukan hanya akan dilanda kesepian. Depresi atau stres perlahan juga akan menyerang.
Meskipun demikian, banyak penderita yang tidak menyadari hal tersebut. Jika Ladies mengenal orang dengan gejala seperti tersebut di atas, jangan ragu untuk menghubungi psikiater atau psikolog. Ingat, lo, kesehatan fisik penting, tetapi kesehatan mental juga tak kalah penting. Jadi, jangan pernah anggap remeh “hobi” menumpuk barang karena bisa jadi, itu akan mengarah pada perilaku hoarding.