Joeragan artikel

Gerbang Perilla [Dawn Jones from Pixabay]

Gerbang Perilla

By Dewi Triesnaningtyas

Allura mengepakkan kedua sayap mungilnya. Sayap berbulu emas itu bersinar terang di bawah pendar cahaya rembulan. Aduhai, kaki-kaki mungil Allura berayun di dahan hijau. Malam ini, Maggy, si pohon peri tersenyum melihat keriangan Allura.

“Allura, kau cantik sekali malam ini,” puji Maggy.

“Terima kasih, Maggy,” ujar Allura.

“Senandungmu menunjukkan kau sedang berbahagia, Sayang!”

“Tentu, Maggy. Aku sedang menunggu Ondina. Aku akan punya teman bermain!”

Di suatu tempat yang tidak jauh dari posisi Maggy dan Allura sedang bercengkerama, Ondina sedang berkemas. Gadis kecil itu menyiapkan beberapa perlengkapan untuk bekal perjalanan ke dalam tas punggungnya. Malam ini ia akan berpetualang.

Siang tadi, saat ia sedang menangis di bawah pohon oak, Allura, gadis mungil bersayap emas menghampiri dan mengajaknya berkenalan. Ondina memang sedang kecewa pada Mama karena meninggalkan dirinya di rumah Grandma.

“Hai, aku Allura. Siapa namamu? Mengapa kau menangis?” sapa Allura seraya mengulurkan tangannya.

Ondina terkesima melihat tubuh kecil Allura yang hanya sebesar boneka Barbie berwarna keemasan dengan dua sayap berbulu emas di punggungnnya. Allura terbang rendah di hadapannya.

Ia belum menjawab pertanyaan makhluk aneh itu, ketika Allura menari dan menyanyi sambil melompat di udara.

Allura berkata, “Datanglah nanti malam sebelum pukul sembilan, aku akan mengajakmu bermain ke suatu tempat yang sangat indah. Kau pasti akan menyukainya dan akan melupakan kesedihanmu,” kata Allura padanya.

Ondina mengangguk. Entah mengapa, ia tiba-tiba tersenyum. Hatinya bahagia berteman dengan Allura. Ia pintar mengambil hati Ondina.

Dalam perjalanan pulang ke rumah Grandma, ia tak berhenti memikirkan sebuah cara agar bisa keluar rumah tanpa sepengetahuan perempuan tua itu.

Ehhm, rasanya tidak mungkin Grandma mengizinkanku keluar malam, sedang aku sendiri pun tidak tahu tempat yang akan dituju.” Begitu pikir Ondina.

Sesampai di rumah, Grandma menyambut Ondina. Ia memang yakin cucunya itu tidak akan pergi lama.

“Makanlah dulu, Ondina!” kata Grandma.

*

“Maggy!” teriak Allura masih berayun.

“Ya, anak manis!” jawab Maggy.

“Aku akan membawa Ondina, si gadis kecil bermata sendu tadi untuk bermain dan bergembira. Tak tega rasanya melihat kesedihan yang terpancar dari matanya,” ujar Allura.

Matanya menatap lekat Maggy sambil mengepakkan dua sayap berbulu emasnya.

“Ya, aku pun melihat kesedihan gadis kecil itu!” timpal Maggy seraya menggugurkan beberapa daun di rantingnya yang mulai menguning.

“Jangan tertidur dulu sebelum kau buka Gerbang Perilla untuk kami, ya!” pinta Allura.

Maggy tahu, Allura kesepian, ia membutuhkan teman. Begitu juga dengan Ondina, si gadis kecil bermata sendu itu pun sedang dalam kesedihan.

Mereka berdua akan menjadi sepasang sahabat dan menikmati kebersamaan di Kota Perilla.

*

Allura tersenyum saat melihat Ondina dengan tas punggungnya, tampak bergegas berjalan ke arah mereka.

Perlahan tapi pasti, Maggy telah sempurna membelah diri. Cahaya berkilauan membuka jalan menuju Kota Perilla, suatu tempat yang indah, hangat dan bersahabat. Allura sudah tak sabar,  pukul sembilan tinggal dua menit lagi. Ia berhasil menggandeng lengan Ondina. Kaki kanan Ondina sudah melangkah memasuki gerbang ketika cahaya tiba-tiba redup.

Allura panik mendengar jeritan Maggy. Sebuah tombak menancap di tubuh Maggy, lalu seorang perempuan tua menarik tubuh Ondina sekuat tenaga hingga keduanya terpental jauh. Allura tertelan malam dan menghilang dalam gelap malam.

“Kalian tidak akan berhasil membawa cucuku!”

Editor : Dina Ananti

#Ajangfikminjoeraganartikel
#day11
#GerbangPerilla
#Genrefantasitemapohonperi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

× Hubungi Kami