Smart Ladies, beberapa waktu belakangan ini jagat maya dipenuhi fenomena street fashion yang berlokasi di daerah Dukuh Atas, Jalan Sudirman, Jakarta. Citayam Fashion Week, pagelaran peragaan busana yang dilakukan sekelompok anak muda yang berdomisili di wilayah sekitar Jakarta. Tak hanya digandrungi anak-anak muda, seiring kepopulerannya, para selebritis, influencer serta beberapa kepala daerah ikut andil dan berpartisipasi dalam event ini.
Apa yang membuat Citayam Fashion Week viral?
Pagelaran peragaan busana biasanya dilaksanakan sarat kemegahan dan kemewahan. Hanya jajaran desainer, pemilik merek mahal, dan model papan atas yang mengisi acara. Hal ini berbanding lurus dengan besarnya dana yang harus digelontorkan.
Berbeda dengan CFW ini, Ladies. Fashion Show ala Jeje, Kurma, Bonge, dan teman-temannya, merupakan terobosan yang bertolak belakang dengan peragaan busana pada umumnya. Salah satu contoh kemerdekaan dalam berekspresi dan menunjukkan bukti keberadaan diri.
Area catwalk diganti dengan zebra cross, tanpa tata lampu dan tata panggung mewah. Yang pastinya tak membutuhkan dana besar. Anak-anak muda ini, mengenakan pakaian yang dipadupadankan mandiri tanpa menggunakan jasa desainer.
Hal ini menjadikan siapa saja bisa ikut menjadi bagian dari kegiatan peragaan busana CFW dan semakin banyak orang berlomba meramaikan hingga membuatnya viral.
Citayam Fashion Week merupakan salah satu ajang untuk menunjukkan kemerdekaan berekspresi dan eksistensi para anak muda. Beberapa pencetusnyaโkonon tidak tamat sekolahโmenjadi selebriti baru.
Plus-Minus Citayam Fashion Week
Event ini memang memiliki daya tarik yang luar biasa dan memunculkan kegiatan serupa di kota-kota lain. Kegiatan ini memiliki nilai positif karena anak muda berani unjuk gigi dan memiliki kebebasan melakukan sesuatu sesuai dengan minat dan bakat mereka.
Tingginya antusias penonton yang memadati area ini juga menjadi lahan berdagang yang potensial untuk penjual di sekitarnya. Para ikon anak muda dari CFW pun mampu memperoleh sumber pendapatan yang tidak kecil.
Namun, di balik ingar bingar fenomena CFW ini, banyak juga segi negatifnya. Mulai banyak pengguna jalan yang mengeluhkan tersendatnya lalu lintas karena kegiatan ini. Area yang seharusnya digunakan untuk lalu lalang kendaraan, menjadi panggung dadakan. Pastinya bisa membahayakan pengemudi, juga anak-anak muda yang berdiri memenuhi jalan.
Apakah Ladies pernah memperhatikan gaya berpakaian yang digunakan anak-anak CFW? Sebagian ada yang sudah terlalu bebas, tak lagi mencerminkan cara berpakaian sesuai adat kita sebagai negeri yang memiliki norma kesopanan. Bahkan kebebasan berekspresi yang terpampang di media sosial berkenaan dengan CFW bisa dibilang kebablasan.
Ambil Baik, Buang yang Buruk
Kegiatan ini, mulai ditertibkan oleh pemerintah karena sudah meresahkan.
Kegiatan yang awalnya berlangsung setiap hari dan sampai dini hari. Kini hanya dibatasi setiap weekend dan hanya sampai pukul 10 malam, bahkan ada wacana akan ditutup.
Ladies harus bijak menilai, mana yang bisa diikuti dan ditiru dan mana yang sebaiknya ditinggalkan. Tidak harus selalu mengikuti tren baru yang sedang berlaku di masyarakat.
Kita memiliki kebebasan dan kemerdekaan untuk melakukan dan menjadi apa pun sesuai yang disuka. Namun, kita juga wajib berempati kepada orang lain. Perlu diperhatikan kalau kebebasan dan kemerdekaan kita jangan sampai mengganggu kebebasan dan kemerdekaan orang lain.
Editor: Dian Hendrawan