Hai, Ladies!
Sering kali orang tua mengeluh begitu sulit membangunkan anak di pagi hari, apalagi saat hari efektif masuk sekolah. Keluhan ini biasa terjadi kepada orang tua yang baru mempunyai anak usia masuk sekolah. Misalnya anak TK, SD, atau di saat anak masuk sekolah di tahun ajaran baru. Mereka yang terbiasa bangun pagi, santai di masa libur panjang akan beradaptasi lagi saat mulai aktif masuk sekolah.
Tak jarang pertengkaran kecil akan terjadi, entah nanti dengan pasangan atau dengan anak. Hal ini berdampak tidak baik pada mood anak saat akan berangkat sekolah. Karena sudah bad mood, biasanya semangat anak akan berkurang bisa jadi terlambat masuk sekolah atau malah anak enggan ke sekolah.
Namun kali ini ada langkah-langkah mudah cara membangunkan anak agar bangun pagi dengan happy, sebagai berikut:
1.Tentukan Tema Cerita dan Pemerannya
Buatlah cerita singkat cukup dengan dua pemeran saja. Bentuk ceritanya adalah percakapan singkat, seperti percakapan antar adik kakak atau percakapan orang tua dan anak. Pilihlah tema cerita keseharian dalam keluarga dengan berbagai unsur, religi, humor, atau cerita fabel. Yang mana isi cerita tersebut mampu mengedukasi anak dan mudah ia pahami.
2. Awali Cerita dengan Kalimat Langsung
Gunakan kalimat langsung saat mengawali bercerita, dengan menirukan bunyi atau suara apa pun itu. Suara embusan angin, “wusss…”, suara hewan, “meaoow..meaoww”.
Dan masih banyak lagi.
Simak contoh pembuka cerita berikut:
“Sreetttt brokkkk!” Obit terjatuh.
“ Obit … kamu nggak papa? Nggak usah lari,” tanya Kakek.
(gaya bicara seperti kakek lansia yang terbata bata, dengan logat bebas, bisa logat medok Jawa ngapak dan lainnya)
Kalimat pembuka pada cerita ini bertujuan untuk merangsang anak, dan mencuri rasa ingin tahu dalam alam bawah sadar mereka. Rasa penasaran tentang cerita selanjutnya, membuat mereka ingin dan mencoba menyimak jalan cerita tersebut.
3. Bercerita dengan Sentuhan
Saat bercerita berikan sentuhan dan interaksi untuk membangunkan anak. Mengelus bagian kepala anak, atau memijit kakinya. Usahakan menggunakan gaya bahasa yang ekspresif dan ada interaktif.
Misalnya saat sesi cerita berikut ini :
Obit : “Aduhh, sakit, Kek. Tapi, Obit enggak papa kok,” jawab Obit sambil mringis.
Kakek : “Obit masih ngantuk, ya?” tanya Kakek.
Obit : “ hehehe “ (sambil kucek mata)
Lalu kita tanyakan hal seperti ini:
”Tuh kan kalau jalan harus bagaimana dek?”
Dari pertanyaan itu anak akan merespon sesuai pengalaman mereka masing masing, terjadilah interaksi dan komunikasi yang menarik.
4. Akhiri Cerita dengan Membiasakan Berdoa
Penutup sebuah cerita berisi nasehat yang ingin kita sampaikan. Nasehat itu bisa berisi tentang ibadah, membantu orang tua, atau sesuai dengan tema cerita yang sudah ditentukan dari awal.
Contoh penutup cerita:
Setelah memastikan Obit tidak luka, Kakek segera mengajak Obit pergi ke musala.
Kakek : “Itu suara iqomah di musala, ke sana yuk! Biar enggak ketinggalan sholat subuhnya,” jelas Kakek.
Obit : “Iya, Kek, yuk!” jawab Obit gembira.
Selanjutnya biasakan dan dampingi anak berdoa setelah tidur, hal ini menjadi prioritas untuk membiasakan diri.
Lakukan bercerita asyik ini secara bergantian dan saling bekerja sama dengan pasangan. Karena good habbit membutuhkan proses dan perjuangan untuk mendisiplinkan anak sejak dini. Nah, sebagai orang tua harus siap dan terus belajar memahami setiap tahapan prosesnya.
Nah, demikianlah langkah-langkah bercerita asyik. Semoga membantu dan bermanfaat, ya, Ladies.