✍️ Wien Purwandini
“Faiya, bangun!”
“Frauz, kau mengganggu … ”
“Ya, aku mengganggu tidurmu. Tapi kita harus bergegas. Para prajurit yang terluka memerlukan kita!”
“Prajurit? Terluka? Siapa yang melukai mereka?” cecar Faiya sambil bangkit dari tidurnya. Segera ia melesat terbang menyusul Frauz.
Di perjalanan menuju perbatasan negeri Rumenard, negeri para peri, Frauz menjelaskan pada Faiya bahwa sesaat sebelum matahari muncul, perbatasan negeri mereka diserang pasukan Kumbang Hitam.
Sesampainya di perbatasan, terlihat banyak prajurit peri yang terluka.
Faiya tercekat ketika melihat ayahnya juga terluka. Namun ayahnya memberi tanda agar Faiya mendahulukan prajurit lain yang terluka untuk diobati.
“Frauz, aku akan pergi ke negeri Nourmaland di seberang hutan ini untuk meminta bantuan,” ujar Faiya.
“Tapi itu sangat berbahaya, Faiya! Biar aku saja yang … ”
“Tidak. Kau lelaki dan jauh lebih dibutuhkan di sini!”
Faiya lalu melesat terbang ke arah negeri Nourmland yang merupakan negeri para peri Padang Rumput yang terletak di seberang hutan mereka.
Frauz memandang Faiya hingga menghilang di balik pepohonan. Ia sangat mencintai sahabatnya itu. Cinta yang tak mampu ia katakan dan hanya dipendam dalam hatinya.
Sementara itu Faiya telah sampai di negeri Nourmland. Ia menghadap raja Nourmland untuk meminta bantuan.
“Baiklah, aku akan membantu kerajaanmu. Tapi ada syarat yang harus dipenuhi!” ujar raja Nourmland.
Beberapa waktu kemudian langit di atas Rumenard dipenuhi pasukan Nourmland yang langsung menyerang pasukan kumbang hitam. Pasukan Kumbang Hitam kocar kacir dan segera melarikan diri dari Rumenard.
Tak berapa lama kemudian, Raja Rumenard yang tak lain adalah ayah Faiya menemui Raja Nourmland.
“Terima kasih atas bantuan kerajaan Anda,” ujar Raja Rumenard.
“Sudah sepatutnya kita saling membantu,” cetus Raja Nourmland.
Raja muda yang berdiri di hadapan raja Rumenard, adalah raja yang baru dilantik menggantikan ayahnya yang wafat.
“Apa yang bisa kami lakukan untuk membalas kebaikan Anda?”
“Puteri anda sudah membuat kesepakatan denganku,” jawab raja Nourmland. “Ia akan ikut ke kerajaan kami dan menikah dengan adikku.”
Frauz yang berada di sana terperanjat.
“Adakah yang keberatan jika aku menikahkan calon ratu kalian dengan adikku? Atau adakah yang mencintai Faiya diam-diam?”
Sejurus kemudian Frauz berkata memecah keheningan.
“Aku! Aku mencintai Faiya. Tapi aku akan merelakannya jika itu untuk kebaikan kerajaan ini!”
Faiya tercekat. Ia tak menyangka bahwa lelaki yang dicintainya diam-diam ternyata juga mencintainya.
“Jika boleh tahu, siapakah adik Paduka?” tanya ayah Faiya.
Adikku adalah peri yang pernah diculik pasukan kumbang hitam pada saat ia masih bayi. Namun ia terjatuh di kelopak mawar di pinggir hutan ini lalu ada yang menyelamatkannya. Aku mencarinya sepanjang hidupku. Hingga pada suatu hari saat aku terbang mengawasi negeriku, aku melihatnya sedang duduk seorang diri bersenandung lagu cinta. Aku langsung mengenalinya dari tanda di sayapnya.”
“Lagu cinta?” tanya Faiya.
“Ya, lagu cinta untukmu, Faiya. Itulah sebabnya aku memintamu menikahinya.” jawab raja Nourmland.
“Lalu siapakah dia? Apakah dia ikut kemari?” Faiya bertanya lagi.
“Ya, dia ada di sini,” ujar raja Nourmland sambil memandang Frauz. “Kemarilah, adikku. Aku bersyukur menemukanmu. Aku kakakmu. Lihatlah tanda lingkaran hijau di sayap kananmu. Persis sama dengan yang kumiliki.”
Frauz tercekat. Ia memeriksa sayapnya. Dan benar saja. Ia memiliki tanda yang sama dengan raja Nourmland.
“Ah, Faiya!” ujar Frauz sambil mendekati dan menggenggam tangan Faiya. Terlihat kebahagian terpancar dari wajah mereka.
Editor : Ruvianty
#ajangfikminJoeraganArtikel2021
#day6
#genrefantasi
#temamitologi √