Sejak di bangku sekolah dasar, hasrat perempuan cantik yang lahir di Banyuwangi, 32 tahun lalu ini untuk menjadi guru sedemikian besar. Pertemuannya dengan Bu Ratmi yang tegas dan Bu Edi yang menyenangkan, makin membuatnya mantap menjadi guru.
Para guru ini membuatnya jatuh cinta dengan pelajaran Bahasa Indonesia, satu kalimat yang tidak pernah dilupa, “Kalau bukan kita yang bangga dengan Bahasa Indonesia, siapa lagi?”
Selepas kuliah dari Universitas Muhammadiyah Malang, jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, tanpa membuang waktu, Erika Yuriana kembali ke kota kelahirannya dan langsung mengabdikan dirinya sebagai guru Bahasa Indonesia. Dua tahun perempuan berjilbab ini harus pindah-pindah tempat mengajar, tetapi semua dijalankan dengan penuh cinta, sampai akhirnya tahun 2014, dia ditempatkan sebagai guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri 10 Banyuwangi.
Mengajarkan sesuatu yang biasa diucapkan, dipakai sebagai bahasa sehari-hari membutuhkan strategi tersendiri. Berbekal kecintaannya pada dunia tulis-menulis, diajarkan anak didiknya untuk mencintai buku, perpustakaan adalah lokasinya berbagi ilmu.
Bu Erika begitu nama panggilannya, berprinsip bahwa: “Bahasa Indonesia itu pelajaran yang menyenangkan, materinya tentang menulis dan membaca. Semua itu pelajaran yang ringan dan menyenangkan.” Dia meminta anak didiknya untuk membaca meskipun itu hanya novel drama. Dirinya yakin, bila sudah mau membaca, kemudian tertarik apa yang mereka baca, tentu akan mencari lagi bacaan lainnya.
Selain itu, membaca mengajarkan kepada anak bahwa keterampilan merangkai kata menjadi bahasa yang mudah dipahami, mudah dimengerti, bahkan dapat membuat seseorang menangis atau tersenyum adalah sesuatu yang sangat berharga. Dengan bahasa, kita bisa mempelajari banyak hal.
Untuk meningkatkan kecintaan anak didiknya kepada Bahasa Indonesia, selain membaca, ibu beranak dua ini mengajak mereka menulis, membuat cerpen, dan membukukannya. Pengkajian minat Bu Erika lakukan juga melalui lomba menulis, meskipun baru beberapa yang antusias, dia tetap menjadikan kegiatan ini sebagai strateginya mengajar.
Wabah pandemi membuat dirinya sedih, kecintaannya menelusuri lorong-lorong perpustakaan atau bercengkerama di taman kota bersama para anak didik mengulas Bahasa Indonesia tidak dapat dilakukan lagi, bertemu hanya dapat dilakukan secara daring. Anak-anak didiknya mengeluh, mereka lebih suka belajar langsung.
Perempuan kelahiran Banyuwangi, 11 Februari 1989 ini tidak putus semangat, pandemi bukan halangan memberikan pengetahuan kepada generasi bangsa. Melalui video pembelajaran yang dibuatnya, disampaikan mudahnya berbahasa Indonesia. Harapannya anak-anak mau menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, mereka bangga menggunakan bahasa Indonesia tanpa harus mencampur dengan bahasa lainnya karena bahasa menunjukkan bangsa.
Ladies bisa tahu lebih banyak lagi harapan Erika sebagai guru dengan menghubungi Erika Yuriana di https://www.facebook.com/akire.anayuri