Joeragan artikel

Duri dalam Daging

Oleh: Nurhasanah

Rumah besar berlantai tiga itu tampak ramai. Alunan musik menambah gemerlap pesta di malam itu. Tuan Aldrich sedang berbahagia merayakan pesta penobatan putra kesayangannya, untuk menduduki jabatan sebagai seorang CEO di perusahaan yang sebelumnya ia pimpin.

Seluruh tamu yang hadir menikmati menu yang dihidangkan, sesekali terdengar canda dan tawa di tengah alunan musik yang terus mengalun. Siapa yang tidak mengenal tuan Aldrich, pengusaha real estate terkaya yang memiliki aset di berbagai kota di Amerika Serikat. Sebut saja Berkeley, Cambrige, dan masih banyak lagi.

“Tuan, apakah anda mengundang Tuan Jhon? Dia datang bersama putranya,” ujar pengawal tuan Aldrich yang berjaga di luar.

“Tidak! Mau apa laki-laki brengsek itu datang ke pestaku?” jawab laki-laki berambut putih itu sambil mengerutkan dahi.

Seorang pemuda tampan bertubuh tinggi dengan balutan jas berwarna marun mendekati Tuan Aldrich. Ia berusaha menenangkan laki-laki yang tampaknya mulai tersulut emosi itu. Pemuda itu pun mengakui kalau dirinyalah yang mengundang putra Tuan Jhon.

“Dia temanku, Pa! Biarkan dia masuk bersama papanya.” Albern memerintahkan pengawal keluarganya untuk mempersilahkan tamunya memasuki kediamannya.

Tuan Jhon melangkahkan kakinya diikuti oleh putranya, Aaron. Sikap keduanya terlihat ramah. Berbeda sekali dengan julukan brengsek yang diberikan oleh Tuan Aldrich kepada Tuan Jhon.

“Selamat datang, Aaron! Sapa Albern menyambut tamunya,

“Silakan bersenang-senang di pesta ini.”

Aaron yang sedang asyik mendengarkan alunan musik, terkejut akan kehadiran Albern. Senyumnya terbuka lebar saat menjabat tangan kawan yang belum lama dikenalnya itu. Sekejap saja, keduanya sudah terlibat perbincangan yang hangat.

“Ajari aku agar bisa sukses seperti keluargamu, aku siap bekerja untukmu,” ujar Aaron merendah.

Kata-kata Aaron disambut gelak tawa pemuda tampan berusia 27 tahun itu. Sikap Aaron yang ramah membuat Albern sangat nyaman berada di dekatnya.

Tuan Jhon memperhatikan putranya dari kejauhan. Ia sengaja menjadikan putranya sebagai alat untuk mengetahui kunci kesuksesan perusahaan keluarga Aldrich. Laki-laki berperut buncit itu tidak menyadari kalau Tuan Aldrich memperhatikannya. Setelah berjabat tangan dengan pemilik rumah, Jhon memilih duduk di sudut ruangan menikmati pesta dari kejauhan.

“kawan-kawan, silakan nikmati pesta ini sepuasnya, sampai pagi,” ujar Tuan Aldrich menggunakan pengeras suara.

Tanpa menurunkan volume suaranya, ia pun meminta putranya naik ke atas panggung untuk diperkenalkan kepada para tamu. Aaron mengambil kesempatan itu, ia menjadi pembuka jalan bagi Albern yang berada di antara sejumlah tamu. Albern menyukai sikap Aaron yang begitu menghormatinya.

Jhon tersenyum penuh kemenangan. Ia pun mengambil gawainya dan mengirim pesan singkat untuk putranya. “Good, Boy! You did it!’

 

#ajangfikminjoeraganartikel2021

#Day4

#penjilat

Editor: Ruvianty ‘Evie’ Rahadian

Pick by: Pinterest

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

× Hubungi Kami