Joeragan artikel

Dua Lelaki Menghilang [ Joey Velasquez dari Pixabay

Dua Lelaki Menghilang

Namaku Rani. Usia tiga puluh tahun. Seharusnya di angka tersebut aku sudah menikah. Namun, entah kenapa selalu kegagalan yang kutemui dalam urusan asmara. Lelaki yang sempat kujadikan kekasih ternyata tidak pernah serius ketika diajak menikah. Mereka selalu beralasan, lalu pergi meninggalkanku.

Setahun sudah aku menunggu kepastian dari lelaki yang kusayangi itu. Meski cuek, aku selalu berharap dia akan mencintaiku. Ternyata hanya rasa kecewa dan kesal yang diberikannya. Dia memilih wanita lain.

Lelaki yang kemarin mematahkan hatiku, bernama Yanuar. Dia adalah teman dari sahabatku, Tia. Saat itu, laki-laki tersebut baru saja putus dengan kekasihnya.

Aku sangat menyukai Yanuar dan merasa iba kepadanya. Dia adalah pria yang sederhana dan pendiam. Hal yang tak bisa aku lupakan darinya adalah tatapan matanya saat dia menawarkan minuman di sebuah café. Aku merasa diperhatikan olehnya.

Namun, kuperhatikan Yanuar masih belum melupakan kekasihnya. Dia juga membandingkan aku dengan mantannya itu. Dia menganggapku sama seperti kekasihnya yang pernah selingkuh. Aku menjadi sedikit kesal. Kami berpacaran jarak jauh. Mungkin itu sebabnya, dia banyak berprasangka buruk kepadaku.

Akhirnya, aku bertengkar dengan Yanuar, karena kecewa dan cemburu. Dia meninggalkanku dan tidak pernah mengabariku.

Seminggu kemudian, aku berkenalan dengan seorang lelaki yang bekerja di Papua. Namanya Yudi. Kami saling mengenal lewat aplikasi pertemanan dating.

Kami bertukar nomor telepon kemudian berlanjut dengan saling mengirim pesan lewat WhatsApp. Yudi adalah lelaki tampan yang sudah tidak memiliki ibu dan berusia sama denganku. Hal itulah yang membuatku simpati kepadanya.

Hari ini, menjelang sore, aku mengirimkan pesan kepadanya melalui WhatsApp dan bertanya mengenai pekerjaan. Dia membalas dengan sopan. Memang sejak awal berkenalan laki-laki itu selalu perhatian kepadaku.

Namun, saat kutengok status WhatsApp laki-laki itu, tergambar kegalauan hatinya. Seolah dia sedang jatuh cinta. Saat kutanyakan, dia menjawab sedang tidak memiliki kekasih dan aku percaya.

Usai makan malam, aku mengirimkan pesan kembali. Aku sengaja mengirimkan pesan itu untuk mengajaknya bercanda.

                  “Krik. Suara jangkring kalau malam.”

                  “Maksudnya?”

                 “Di belakang kamarku, kalau malam ada suara jangkrik.”

                  “Kamu enggak jelas banget. Kalau ngobrol enggak nyambung. Aneh. Parah, ya.”

Entah apa sebabnya, tiba-tiba dia marah dan mengataiku.

Aku tersulut emosi dan memarahinya balik. Padahal bukan maksudku untuk berbicara hal yang aneh. Aku hanya ingin bercerita dan menghiburnya.

Dia tidak membalas pesanku. Kesal dan marah, aku pun enggan mengirimkannya pesan lagi.

Kenapa suasana hatinya cepat berubah, ya? Apakah dia berkepribadian ganda? tanyaku dalam hati.

Merasa tidak rugi, kuhapus nomornya. Pikirku saat itu, apa yang sudah terjadi adalah wajar karena demi harga diri, aku harus bertindak membela diri sendiri. Aku tidak ingin lagi hatiku tersakiti oleh lelaki tidak jelas.

 

#ajangfikminjoeraganartikel2021

#day7

#temaghosting

Editor : Rizky Amallia Eshi

 

 

 

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

× Hubungi Kami