Oleh: Nurhasanah
Rumah Deyna siang itu terlihat ramai. Seluruh penghuni rumah sibuk memasak dan mempersiapkan semua keperluan untuk menyambut tamu istimewa yang selama ini ditunggu-tunggu.
Raut bahagia terlihat jelas di wajah kedua orang tua Deyna. Peristiwa hari ini akan menjadi akhir dari kesedihan yang selalu tampak di wajah putri kesayangan mereka.
“Keren ya, Deyna, belum satu tahun sudah diilamar dua kali,” kelakar Ibu Sumirah di tengah kesibukan di dapur.
Mendengar candaan itu Deyna tersipu malu, lalu memilih mengasingkan diri di dalam kamarnya. Ingatan perempuan itu kembali kepada mantan tunangannya. Seorang polisi yang selalu menghadirkan kesedihan di dalam hidupnya.
Deyna tidak mengerti mengapa laki-laki yang memilih dia sebagai calon istri itu sering mengecewakannya.
(Indra tidak ada dii rumah, Dey, ke kampus, sedang registrasi S2. Jadii enggak bisa jemput kamu), suara calon ibu mertuanya terdengar nyaring di gawai.
Hatinya sakit. Hal itu yang menyebabkan Deyna berniat mengembalikan cincin yang tunangan, pemberian Sang Polisi.
“Dipikirkan dengan matang, Dey! Tidak baik lho, mengembalikan lamaran orang,” ucap Bu Mirna kala itu.
“Enggak bisa, Ma! Ini sudah keterlaluan. Harusnya dia ngomong dulu dong, kalau mau kuliah lagi. Bagaimana nanti kalau sudah jadi suami, pasti tidak jujur.” ujar Deyna kesal.
Sebagai seorang ibu, Ibu Mirna tidak dapat memaksakan kehendaknya, Dia sudah sering melihat Deyna menangis karena rasa kecewa yang ditimbulkan oleh ulah tunangannya itu. Akhirnya keinginan Deyna mengembalikan cincin lamaran itu tidak dapat ia cegah.
Lamunan Deyna buyar dikejutkan oleh suara ketukan pintu.
“Dey, yang mau meriias kamu sudah datang!” panggil Ibu Mirna dari balik pintu.
Gadis manis yang berprofesi sebagai bidan itu bergegas keluar dari kamarnya. Ia melangkah dengan pancaran wajah yang penuh keyakinan dan kebahagiaan. Tidak perlu waktu yang lama untuk memoles wajah Deyna yang memang sudah cantik. Kebaya pink yang ia beli bersama Rijal beberapa hari yang lalu sangat cocok di tubuhnya. Semua mata memandang takjub akan kecantikan bidan muda itu.
Satur jam berikutnya terdengar suara deru mobil yang berhenti di depan rumahnya. Tampak Rijal dan keluarganya turun dari mobil.
Seluruh keluarga menyambut kedatangan Rijal dan keluarganya. Dokter muda itu terlihat sangat tampan.
Acara lamaran pun dimulai. Sesekali Deyna menangkap mata Rijal yang mencuri pandang padanya. Membuat gadis berkulit putih itu pun tidak dapat menyembunyikan rasa malu.
“Bagaimana, Jal? Jadi melamar Deyna?” ujar kedua orang tuanya menggoda.
Rijal yang tampak sedikit gugup terkejut dengan pertanyaan itu.
“Jadi, dong. Langsung tentukan tanggal pernikahan saja. Nanti diambil orang lagi!” ucapnya disambut gemuruh tawa hadirin yang hadir di ruangan bernuansa putih itu.
Deyna pun tertawa mendengar jawaban Rijal. Namun tawanya tidak bertahan lama karena ada pesan singkat masuk dari mantan tunangannya.
#ajangfikminjoeraganartikel2021
#Day2
#lamaran
Editor: Rizky Amallia Eshi