By Dewi Triesnaningtyas
Nadia memandang gaun pink berenda berukuran L. Gaun itu khusus dipesan untuk dikenakannya di pesta ulang tahun Amanda, pekan depan. Ia yakin, dietnya akan berhasil.
Say good bye dengan ukuran gaun XL, kata Nadia tersenyum.
Ia berharap hari ini jarum timbangan bergerak ke kiri. Sayangnya, jarum jam bergerak ke kanan.
“Mama…..!” Ia menjerit sekuat tenaga.
“Ada apa, sih, Nad?” Mama membuka pintu kamar dan mendapati Nadia menangis.
“Berat badanku nambah, Ma! Hu … hu … hu …!” tangis Nadia.
Sejak itu, usahanya menurunkan berat badan semakin menjadi-jadi. Setiap hari ia mencari informasi produk penurun berat badan di instagram.
“Nadia, makan dulu!” Mama mengetuk pintu kamar.
Mama melihat Nadia hanya mengambil satu paha ayam dan dua sendok sayur tanpa nasi.
Melihat itu Mama bertanya, “Nasinya mana, Sayang?”
“Aku lagi diet, Ma!”jawab Nadia ketus.
“Boleh diet, tetapi harus konsultasi dulu ke dokter gizi. Makanlah nasi walaupun cuma tiga sendok!” Mama mengambilkan setengah centong nasi ke dalam piring Nadia.
Nadia tidak suka dan melempar piring ke lantai.
Prang!
Nasi dan ayam berhamburan di depan Mama. Setelah itu Nadia berlari ke kamar.
Mama khawatir melihat anaknya.
*
Nadia sebenarnya anak yang manis, pintar dan selalu ranking satu. Ia juga pandai bergaul. Entah mengapa sejak naik ke kelas dua SMP ia selalu mempermasalahkan berat badannya.
“Pa, transferin shopee Nadia, dong!” kata Nadia pada papa.
“Anak kesayangan papa mau beli apa?” tanya Papa.
“Beli beras sirataki. Aku kan lagi diet, jadi makannya harus diganti. Diet keto, namanya, Pa!” Nadia menjelaskan pada papa.
Papa mengangguk-anggukkan kepala.
Mendengar itu mama bersiap marah, tetapi tangan papa menahannya.
“Sudah, biarkan saja, Ma!”
Mama memasak beras sirataki dan memberikannya pada Nadia. Baru sekali dimasak, Nadia sewot.
“Nggak enak, Ma! Aku nggak mau lagi. Hambar rasanya!”
Mama berusaha mencari tahu mengapa Nadia keukeuh untuk diet.
“Nadia ngapain, sih, diet segala?” Mama berusaha mencari tahu alasannya.
“Karena Nadia ingin langsing, Ma.”
Ketika Papa menolak keinginanya untuk membeli teh daun jati belanda, Nadia merajuk.
Brak!
Pintu kamar dibanting.
Papa mengalah dan memenuhi keinginan anak tunggalnya.
Beras sirataki belum juga habis, kini sudah beralih ke teh daun jati belanda. Sejumput daun-daun kering itu diseduh dengan secangir air panas dan diberi satu sendok madu. Anak gadisnya tersenyum.
Nadia melakukan diet ketat, tidak makan karbohidrat, minum teh dua kali sehari, tidak makan malam, tidak minum yang manis-manis dan tidak membeli makanan di go food. Sayangnya, berat badannya hanya berkurang setengah kilogram.
“Ma, aku mau fitness dengan Salma, ya. Lihatlah, aku belum kurus juga!”
“Jangan Nadia, tempat fitnes umum tidak cocok untuk anak gadis sepertimu” Mama khawatir.
Mama dan papa mengalah, membelikan alat fitness untuk Nadia. Untung saja ada promo diskon 50 persen.
“Makasih, Mama. Makasih, Papa!”
Nadiapun masih rutin fitness seusai salat Subuh dan setelah salat Ashar. Sayangnya, berat badan Nadia hanya berkurang setengah kilo dalam satu minggu. Hingga suatu hari, Mama dan Papa berlari ke kamar Nadia yang menjerit histeris dan melempar sebuah kado ulang tahun berpita ungu serta mendapati sebuah gaun pink berenda yang telah tercabik-cabik di lantai.
*DHT*
Editor : Ruvianty
#Ajangfikminjoeraganartikel2021
#day9
#genreteenfic
#temaulangtahun