Joeragan artikel

Dendam Buah Cinta Rahasia [tribunnews.com, canva]

Dendam Buah Cinta Rahasia

Oleh: Haryati Hs.

“Pak Dubes menghilang,” bisik Eko kepada Prayit.

Saat itu mereka sedang bertugas mengawal seorang duta besar yang menghadiri pesta sebelum memulai tugas barunya di negara tetangga. Pesta tersebut diselenggarakan oleh salah seorang pejabat terkemuka negeri ini.

“Hilang!? Apa maksudmu!?” tanya Prayit dengan nada sedikit tinggi, tetapi mulutnya segera dibekap oleh Eko, lalu ia ditarik ke pojok ruangan.

“Pak Dubes tadi bilang mau ke toilet, tetapi karena lama, aku cek ke sana dan beliau tidak ada,” jelas Eko dengan berbisik.

“Sudah kamu cari ke seluruh ruangan?”

Eko mengangguk dan meminta Prayit memberitahu anggota tim untuk mencari sang duta besar di ruangan lain tanpa menimbulkan keributan. Lalu mereka pun berpencar.

Prayit mendatangi ruang kontrol keamanan gedung dan meminta izin untuk mengecek CCTV. Nihil, sang duta besar yang mereka cari tidak terlihat di mana pun.

Prayit kemudian kembali menemui Eko yang saat itu sudah kembali ke ruang pesta untuk mengamati tuan rumah dan para tamu yang hadir.

“Bagaimana?” Eko menyambut dengan pertanyaan. Anehnya ia tampak tenang dalam situasi genting itu.

“Tidak ada petunjuk,” sahut Prayit. “Ada kabar dari yang lain?” Ia balik bertanya.

Eko menggeleng lalu bergumam, “Kita tidak punya banyak waktu.”

Ketika kedua pria itu sedang berpikir keras, tiba-tiba seorang gadis pelayan menghampiri. Tangannya yang gemetar memberikan selembar kertas kecil. Prayit mengambil kertas itu dan membacanya bersama Eko. Kemudian Prayit meminta Eko menindaklanjuti ancaman yang meminta agar lenyapnya sang duta besar tidak diketahui semua orang. Sementara itu, Prayit menanyai si gadis pelayan, tetapi tidak mendapat informasi yang ia butuhkan.

Prayit pun kembali memutar otak, memikirkan masalah yang sedang dihadapi. Tidak lama kemudian, ia beranjak mencari Eko yang belum juga kembali.

***

Di ruang bawah tanah, seorang pria dengan pakaian hitam dan bertutup kepala hitam, sedang berdiri di depan sang duta besar. Ia memperhatikan laki-laki yang mulai siuman itu dengan saksama.

“Siapa kau? Mengapa kau menculikku?” tanya sang duta besar ketika telah sadar. Suaranya bergema di ruangan itu.

“Apakah Bapak tidak mengenaliku?” Laki-laki itu membuka tutup kepalanya.

“Kau pengawalku! Mengapa kau lakukan ini?!” Sang duta besar kembali berteriak.

Lelaki yang ternyata Eko melemparkan sebuah pigura ke pangkuan tawanannya. Sang duta besar terbelalak menatap seraut wajah wanita yang dulu ia tinggalkan. Ia mendongak cepat dan mendapati Eko, yang berdiri di hadapannya, menodongkan pistol jenis Glock 45 GAP kepadanya.

“Aku bukan pengawalmu. Akulah buah penghianatan yang coba kau tutupi dengan keji selama ini!” Eko membentak keras.

Brak! Tiba-tiba pintu terbuka. Prayit menerobos masuk sambil menodongkan pistol ke arah Eko.

“Jangan bergerak!” perintahnya lantang.

Bukannya menuruti perintah Prayit, Eko malah menarik pelatuk Glock 45 GAP miliknya yang langsung memuntahkan peluru, ke arah kepala sang duta besar.

“Tidaaak!” teriak Prayit. Ia ingin berlari menggapai Eko, tetapi tubuhnya tidak dapat bergerak.

“Tidaaak! Jangaaan!” teriaknya lagi. Tiba-tiba Prayit merasakan sebuah pukulan mendarat di kepalanya. Ia terkesiap dan membuka matanya.

“Sekali lagi kamu tidur, akan kakak laporkan kepada ayah!” ancam Asmi, kakak Prayit, sambil menggenggam penggaris.

Prayit pun bengong. “Ya ampun! Aku sedang belajar untuk tes Akpol. Kok, malah mimpi jadi pengawal khusus?” Prayit bergumam dan akhirnya tertawa sendiri.

Editor : Ruvianty

#ajangfikminJoeraganArtikel2021
#Day14
#temahilangnyasangdutabesar

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

× Hubungi Kami