By. Eulis Eva Kurniasari
Brak!
“Gagal lagi aku mendapatkan posisi itu. Dari awal, aku selalu kalah saing dengan Rengganis. Aku benci dia. Awas kau, Rengganis!” Amarah Cantika meledak.
Cantika dan Rengganis sama-sama satu kantor. Kepintaran, keprofesionalan serta loyalitasnya dalam bekerja menjadikan jabatan Rengganis lebih baik. Saat ini, ia menduduki posisi manajer di perusahaan.
“Selamat, Rengganis. Mulai hari ini kau menjadi manajer di perusahaan ini.”
“Terima kasih, Pak,” ucap Rengganis penuh bahagia.
Seluruh karyawan menyalaminya dengan bahagia, kecuali Cantika. Ia mengucapkan selamat dengan wajah yang sinis.
“Rengganis, selamat atas posisimu saat ini. Ingat, posisimu enggak akan lama.”
“Apa maksudmu, Cantika?”
Cantika pergi meninggalkan Rengganis tanpa menghiraukan pertanyaannya.
Sebagi kepala divisi pemasaran, sejak awal Cantika menginginkan posisi manajer. Namun, lagi-lagi keinginannya kandas. Sikapnya yang ramah hanya ia perlihatkan kepada atasannya saja. Bila bersama rekan kerjanya, wajah judes yang selalu dia tampilkan. Banyak temannya yang menjuluki Cantika, si penjilat demi sebuah posisi.
Hari ini adalah hari pertama Rengganis bertugas sebagai manajer. Ia tidak sulit dalam melaksanakan tugasnya. Semua pekerjaan terkuasai dengan baik.
“Hari ini rapat Direksi. Aku harus hadir tepat waktu. Penampilanku harus menarik, agar semua tertarik padaku. Akan kudekati Pak Direktur jelalatan itu dan melakukan apapun yang ia inginkan. Demi ambisiku!”
Rapat pun dimulai. Semua mata tertuju kepada Cantika.
“Selamat siang, semua.”
“Selamat siang, Cantika.”
Di saat rapat, Cantika banyak menyetujui program yang direncanakan.
Direktur perusahaan sangat mengagumi kelincahan Cantika dalam berbicara, terutama dalam penampilannya yang seksi.
“Silakan, semuanya bisa meninggalkan ruangan. Kecuali, Ibu Cantika.”
“Yes! Rencanaku berhasil,” gumam Cantika di dalam hatinya.
“Ibu Cantika, segar sekali penampilanmu saat ini.”
“Jangan panggil ibu. Cukup Cantika saja , Pak.”
“Besok mau makan siang denganku?”
“Baik, Pak.”
Pertemuan Cantika dengan sang direktur semakin sering. Tidak lama posisinya pun berubah menjadi manajer sesuai impiannya.
“Bagaimanapun caranya akan kulakukan demi ambisiku untuk menduduki kursi itu. Aku tidak peduli apa yang dikatakan orang!” gumam Cantika dalam hati.
Setelah menjadi manajer, sikap Cantika semakin menjadi. Ia semakin tidak disukai oleh orang-orang di sekelilingnya.
Tiba-tiba, datang seorang wanita cantik. Usianya sepuluh tahun lebih tua dari Cantika. Ia langsung menuju ruangan Cantika. “Oh, ini yang namanya Cantika?”
Plak. Plak.
Tamparan melayang di kedua pipinya.
“Apa maksudnya dengan semua ini, Bu?”
“Kamu, tidak mengerti apa maksudku?”
“Perilakumu bejat, Cantika. Beraninya kamu menggoda suamiku hingga menduduki posisi ini. Dasar penjilat!”
“Maafkan saya, Bu.”
“Apa? Maaf, katamu? Setelah rumah tanggaku berantakan dengan mudah kamu minta maaf? Mulai hari ini, kamu dipecat!”
Editor : Rizky Amallia Eshi
408 kata
#Bandung Barat, 9 Juli 2021
#ajangfikminJoeragan Artikel
#Day4
#Tema : Penjilat