Oleh : Rizky Amallia Eshi
Penjilat (noun) orang yang suka berbuat sesuatu untuk mencari muka (mendapat pujian).
Tidak ada satu pun ide yang melintas dan bisa kutangkap. Sehingga tulisan yang sedang kukerjakan ini bisa segera selesai. Selain karena temanya yang aneh, kebuntuan ini diperparah pula dengan pilihan genre yang harus ditulis dalam jumlah kata yang tentukan.
Tantangan menulis fiksi mini kali ini mengambil tema “Penjilat”, dengan genre tulisan young adult dan minimal jumlah kata 350. Belum lagi aku harus memikirkan plot twist yang membuat pembaca tidak akan menduganya di akhir cerita.
“Sedang apa?” tanya Antoni kepadaku yang hanya melamun dengan laptop menyala di teras belakang rumah.
“Oh, kamu sudah datang,” kataku yang tersadar dari lamunan.
“Sebenarnya sih, dari tadi. Dari depan sudaH kupanggil, enggak ada balasan. Ya sudah, aku masuk deh,” jelas Antoni.
Matanya beralih menatap layar laptop.
“Ini apa?” tanyanya.
“Aku lagi buntu nih. Enggak ada ide. Dari tadi cuma lihat laptop saja,” jawabku.
“Tumben. Biasanya kalau lagi begini, kamu lari nonton drakor, Ka,” balasnya.
“Kalau keasyikan nonton, nanti malah enggak selesai. Ini kan, tantangan harian. Batas waktunya sekitar dua jam lagi,” jelasku.
Aku lalu menerangkan tema dan genre tulisan yang harus kubuat hari ini.
“Siska, Siska. Berulang kali sudah kubilang. Kamu tuh, lebih baik jadi editor saja sepertiku. Kerjanya kan, enak. Enggak usah mikir ini itu. Cukup mencari kesalahan penulis saja,” ledeknya.
Aku lantas mendelik. Kesal juga mendengar hal itu, mengingat aku tidak menceritakan kepadanya jika di tantangan menulis ini, aku pun bertugas sebagai editor. Bisa habis aku diomelinya.
Antoni memang sudah bekerja di salah satu penerbitan besar di ibukota. Lulus kuliah, tanpa ada kesulitan sedikit dalam mencari pekerjaan, dia langsung diterima bekerja di perusahaan tersebut. Terhitung sudah hampir lima tahun dia bekerja di sana. Jika lancar, besar kemungkinan tahun depan dia akan dipromosikan sebagai editor senior.
“Nih,” katanya sambil menyerahkan bungkusan yang berisi es krim kepadaku.
Nasibku tidak sebaik Antoni, tetapi tidak begitu buruk juga. Aku diterima menjadi resepsionis di salah satu perusahaan besar setelah beberapa kali melamar pekerjaan. Namun, masih aktif menulis dan sering mencoba menjadi editor magang di beberapa ajang. Salah satunya yang sedang kuikuti sekarang.
“Jadi, bagaimana? Ada ide enggak?” tanyaku merayunya.
“Hm,” gumamnya seraya menggigit es krim yang dipegangnya.
Sekilas dia melirik es krim yang kupegang, lalu berkata, “Sesuai tema, berarti kalau mau aku kasih ide, harus menjilat dulu, dong.”
Menyebalkan! rutukku dalam hati.
“Oke. Baiklah. Jadi, wahai Tuan Antoni yang baik hati dan–“
Aku tidak sempat melanjutkan perkataanku karena terlanjur terkejut dengan apa yang Antoni perbuat. Secara tiba-tiba, dia menjilat es krim yang kupegang.
“Manis. No, aku enggak butuh pujianmu. Enggak cukup buat mengisi perutku.”
Argh! Dasar!
RAE
Editor : Dian Hendrawan
#ajangfikminJoeraganArtikel2021
#Day4
#TemaPenjilat