Joeragan artikel

Cobek Batu Warisan Si Mbok [Brilio.net]

Cobek Batu Warisan Simbok

Sluuurrrp. Aaah!

Surti memandangi wajah lelaki di depannya. Lelaki yang seharian ini ia tunggu-tunggu kedatangannya. Bulir-bulir peluh memenuhi dahi Tejo, membuat Surti makin terpana melihatnya.

“Enak, Mas?”

“Kau sudah makan, Sur?” Pertanyaan Surti dibalas dengan pertanyaan.

“Aku nanti sajalah, Mas, gampang.”

Melihat suaminya itu makan dengan lahap, Surti dalam hati berkata, Tak sia-sia aku capek-capek nguleg. Cobek batu Simbok memang benar-benar ajaib! Lihat saja, suamiku sampai lahap begitu. Mulai sekarang, aku akan memasak dengan cobek batu pemberian Simbok.

Simbok tak pernah suka menggunakan alat masak yang lebih modern. Selain karena ia tidak tahu cara memakainya, menurut Simbok menggunakan peralatan tradisional membuat cita rasa makanan menjadi lebih lezat. Salah satunya membuat bumbu masakan dengan cobek batu.

Simbok mewariskan sebuah cobek batu untuk Surti. Ia berpesan agar Surti tetap menggunakannya sampai ia berumah tangga. Namun, seiring perkembangan zaman, kebiasaan orang makin berubah. Orang-orang lebih menyukai hal-hal praktis. Surti pun demikian. Ia lebih memilih menggunakan blender pemberian Tejo untuk menghaluskan bumbu saat memasak. Alhasil, cobek batu pemberian Simbok pun terbengkalai di sudut lemari.

Sampai akhirnya, Surti mendapat telepon dari Tejo bahwa ia akan pulang hari ini. Surti bermaksud membuatkan masakan kesukaan suaminya, Sup Ikan Patin Bumbu Kuning. Surti ingin memberikan hidangan yang istimewa kali ini. Ia teringat masakan Simbok yang tidak ada tandingannya. Surti mulai mencari kembali cobek batu tua itu. Dengan sepenuh hati, ia meramu bumbu masakannya.

Sup Ikan Patin Bumbu Kuning pun dilahap habis oleh Tejo.

“Mau nambah, Mas?”

“Masih adakah?” tanya Tejo.

“Masih banyak, Surti ambilkan, ya.” Bergegas Surti ke dapur untuk mengambil sisa Sup Ikan. Hati Surti berbunga-bunga. Ia tak pernah sebahagia ini melihat sang suami lahap menyantap habis masakannya.

“Nah, ini dia! Selamat menikmati kembali Sup Ikan Patin Bumbu Kuningnya, suamiku,” senyum Surti menghidangkan makanan itu kedua kalinya.

“Wah, Mbak Surti, makin lengket aja sama Mas Tejo. Bagi tipsnya, dong, Mbak,” sapa Yu Jum suatu pagi.

“Ah, Yu Jum bisa aja. Itu karena Mas Tejo suka masakan saya.” Surti tersipu malu.

“Wo, kalau begitu bagi-bagi resep boleh, dong, Mbak Surti. Kebetulan suami saya susah makannya.” Yu Jum masih penasaran dengan rahasia keharmonisan Surti dan Tejo.

Merasa kasihan, Surti pun membeberkan rahasianya kepada Yu Jum.

“Ini lho, Yu Jum, saya pakai cobek batu warisan Simbok. Sejak saya pakai cobek batu ini, suami saya lahap makannya,” terang Surti.

Setelah mencoba cobek batu yang dipinjam dari Surti, Yu Jum kembali menemui Surti.

“Sur, aku sudah mencoba cobek batumu, kok sama saja. Tidak ada perubahan. Suami saya masih susah makan,” kata Yu Jum terlihat kesal.

Surti pun heran. Lantas ia menggeleng-gelengkan kepalanya ketika melihat suami Yu Jum.

“Gimana enggak susah makan, Yu, orang giginya sudah ompong rata begitu. Ya, menculat!”

*Menculat (dialek Jawa), artinya melompat. (Makanannya melompat keluar saat dikunyah)

 

Editor : Dian Hendrawan

#ajangfikminJoeraganArtikel2021
#Day5
#temakomedi

1 komentar untuk “Cobek Batu Warisan Simbok”

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

× Hubungi Kami