Jantung Viola berdegup sangat kencang ketika melihat sosok lelaki bertubuh tinggi dan berkulit putih melintas di hadapannya. Lelaki itu berjalan dengan cepat ke dalam supermarket tempat Viola bekerja.
“Arya Kusumah Suryadilaga,” gumam Viola seolah tak percaya pada sosok yang dilihatnya barusan. Perasaan bahagia dan getaran-getaran aneh mengalir perlahan dalam hati Viola. Perasaan yang sama ia rasakan saat sepuluh tahun yang lalu, ketika Viola melihat Arya untuk pertama kalinya.
Tubuh Viola seakan tersihir membuat ia terus berdiri mematung di pintu masuk supermarket. Tatapan tajam matanya terus mengikuti sosok Arya, hingga lelaki itu hilang dalam pandangannya.
Seketika ingatan Viola kembali pada masa ketika ia sempat mengecap bangku kuliah. Saat ia jatuh cinta pada pandangan pertama kepada seorang kakak tingkat panitia ospek. Lelaki kalem, juga cerdas yang bernama Arya Kusumah Suryadilaga. Lelaki spesial dalam hati Viola.
Entah mengapa pertemuan singkat dalam orientasi mahasiswa baru itu, mampu membuat Viola memuja Arya bertahun-tahun. Viola menyukai dan bersimpati dengan dia, tanpa seorang pun tahu, kecuali buku hariannya.
Cinta pada pandangan pertama itu terkubur, seiring dengan berhentinya kuliah Viola saat semester dua dikarenakan kurangnya biaya. Kematian ayahnya memaksa Viola menjadi tulang punggung keluarga. Takdir itu yang menempa dan menjadikannya seorang manajer supermarket seperti sekarang.
“Tidak ada yang berubah,” gumam Viola dalam hati. Meskipun telah bertahun-tahun lamanya Viola tak bertemu dengan Arya, ia tetap tampak menawan di mata Viola.
“Bu, maaf saya pinjam HT-nya, sebentar dong.” Suara staff kasir perempuan membuyarkan lamunan Viola.
“Oh, buat apa Sari?” tanya Viola kepada perempuan di depannya.
“Ini Bu, mau minta anak gudang ambil popok bayi ukuran L satu karton, itu ada yang beli di kassa saya,” jawab Sari sambil menunjuk meja kasir tempatnya bertugas.
“Oke, aku yang kontak anak gudang. Kamu balik dulu aja ke kassa ya,” atur Viola kemudian.
Viola langsung menghubungi staff gudang melalui handytalky-nya. Beberapa saat kemudian, ia melangkah menuju meja kasir.
“Mohon maaf, ya Pak, tunggu sebentar. Staff gudang kami sedang mengambilkan pesanan Bapak,” kata Viola dengan sopan kepada pembeli yang sedang membungkuk mengambil barang belanjaannya jatuh. Alangkah terkejut Viola ketika melihat sosok yang baru saja menegakkan badannya, ternyata dia Arya.
“Oh, iya tidak apa-apa Mbak, saya bayar dulu sekarang,” jawab Arya dengan datar.
“Eh, Mbak bisa minta tolong nanti barang belanjaan saya dibawakan sekalian ke mobil?” tanya Arya ke Viola.
“Ba … baik, Pak,” jawab Viola terdengar gugup. Ia merasa mimpi menjadi kenyataan bisa bertemu kembali dengan sosok lelaki yang menjadi idolanya. Sosok yang hanya dia kenal ketika masa perkenalan mahasiswa baru. Kakak kelas yang memberinya hukuman membaca puisi di tengah lapangan karena Viola telat datang.
Sejurus Arya memandang Viola, tatapan mata tajam itu seakan sedang berpikir dan mengingat sesuatu. Viola menjadi salah tingkah dibuatnya.
Mungkinkah dia sedang mengingatku, ah tidak. Siapa aku? Hanya penggemar gelap yang tidak punya nyali. Lagi pula dia belanja kebutuhan bayi dan rumah tangga, berarti dia sudah berkeluarga dan punya anak.
Please, deh, jangan ngarep, Ola! umpat Viola pada dirinya sendiri.
_END_
#OSOFFDay8
#CintaPandanganPertama
#Romance
#490Kata