Malam semakin larut. Udara dingin mulai terasa menusuk. Putri Maheswari masih terjaga. Tubuh moleknya terduduk gelisah di tepi ranjang. Mata sayunya menatap tajam ke arah jendela dengan cemas. Ia seperti tengah menanti sesuatu.
Tidak berapa lama kemudian, terdengar ketukan lembut dari luar jendela.
“Kakang Kendiri, engkaukah itu?” tanya Maheswari setengah berbisik pada celah kecil di jendelanya.
“Iya, Dinda Putri.” Terdengar suara pelan lelaki pujaan Putri Maheswari.
“Kakang, betapa aku merindukanmu. Kapan kita dapat melewati waktu bersama seperti dulu lagi?” bisik Maheswari sambil terisak sedih di celah jendela kamarnya yang dingin.
“Jangan sedih, Dinda. Kakang pun kangen mengajari Dinda berkuda lagi, hingga bisa terus dekat dengan Dinda,” kenang Jaka Kendiri.
“Oh, Kakang, andaikan dinda rakyat biasa, tentunya rasa cinta di antara kita bukan sesuatu yang terlarang, ” rajuk Maheswari kemudian.
“Percayalah Adinda. Aku akan berjuang hingga kita dapat terus bersama!” kata Jaka Kendiri menenangkan Putri Maheswari.
“Sekarang kakang tidak bisa berlama-lama di sini. Kakang harus pergi sebelum pengawal istana menemukan!” Pelatih berkuda itu bergegas pergi dari jendela bilik kekasih hatinya dengan perasaan yang berat.
“Tunggu, Jaka Kendiri Prajurit Pelatih kuda, sedang apa kau di sini?” Tiba-tiba terdengar teriakan prajurit pengawal istana menangkap basah Jaka Kendiri yang mengendap-endap di dalam keputren.
Jaka Kendiri berusaha untuk melarikan diri, namun usaha tersebut tidak berhasil. Ia akhirnya tertangkap oleh para pengawal istana yang memiliki kemampuan ilmu kanuragan lebih tinggi dibanding Jaka Kendiri.
“Seret dia ke hadapan Sri Baginda Raja sekarang!” perintah Kepala Pengawal Istana kepada anak buahnya.
***
Di dalam balairung raja, Sri Baginda Raja Mahendra duduk bersama Patih Wirabuana dan Kepala Pengawal Istana. Mereka sedang mengadili Jaka Kendiri, si Pelatih berkuda yang telah lancang masuk ke dalam area keputren.
“Jaka Kendiri, apa yang sedang kau lakukan di dalam keputren?” tanya Sri Baginda Raja.
“Ampun, Baginda Raja. Hamba mohon maaf. Hamba hanya sekadar lewat,” kata Jaka Kendiri membela diri.
“Bohong Yang Mulia! Semua prajurit tentunya sudah paham area mana saja yang terlarang untuk dilewati,” jelas Kepala Pengawal Istana.
“Ayo, berkatalah yang jujur, Wahai Anak Muda!” Gusti Patih Wirabuana dengan tenang bertanya pada Jaka Kendiri.
“Ampun, Gusti Patih. Hamba telah jujur. Hamba hanya sekedar lewat, mencari angin!” kata Kendiri tetap pada jawabannya.
Jaka Kendiri dengan bulat hati tetap bertahan pada jawaban tersebut. Ia mengambil langkah itu guna menghindari kekasihnya terseret dalam kesalahan yang telah ia perbuat. Ia tidak ingin nama baik Putri Maheswari tercemar karena mencintai seorang prajurit biasa seperti dirinya. Ia rela berkorban menerima segala keputusan Baginda Raja atas kesalahannya tersebut. Demi rasa cintanya kepada sang putri dan sebagai pengorbanan atas nama cinta sejati. Meskipun ia tahu, hukuman untuknya pasti berat.
“Jaka Kendiri, untuk terakhir kali aku tanyakan, apa maksud kamu masuk keputren? Ingat! hukuman untuk telik sandi ataupun pengganggu putri raja sangatlah berat. Siapkah kamu menerimanya?” terang Baginda Raja dengan suara yang keras.
“Ampun Sri Baginda, hamba telah jujur, tidak ada niat hamba menggangu Putri Maheswari dan hamba juga bukan telik sandi!” jawab Jaka Kendiri dengan kepala tertunduk.
“Pengawal! Bawa anak muda ini sekarang juga ke alun-alun langlang buana! Pancung dia! Itu hukuman bagi orang yang telah lancang memasuki area keputren!” Titah sang Baginda Raja begitu menggelegar di dalam ruangan itu.
Sementara itu, sepasang mata sayu yang sedari tadi mengawasi jalannya pengadilan buat Jaka Kendiri dari balik tirai, terus berderai air mata. Jiwanya terguncang mendengar keputusan Sri Baginda Raja.
Hancur sudah bunga harapan yang ia simpan. Tidak ada lagi harapan melewati hari-hari yang indah bersama kekasih pujaan hatinya. Cinta sejati miliknya telah direnggut paksa oleh Sri Baginda Raja, ayahnya sendiri.
“Kakang, jika takdir di dunia tidak berpihak pada kita, maka izinkan aku menyusulmu agar cinta sejati kita bertemu dalam keabadian.” Maheswari berkata lirih sambil menancapkan sebilah belati di dadanya.
_END_
#OSOFFday12
#TrueLove
#Romance
#617Kata