Oleh: Nurhasanah
Bagas bergegas masuk ke kamar, rasa lelah menggelayuti tubuhnya. Seharian bergotong royong menyiapkan ruangan untuk acara wisuda kakak tingkatnya. Tanpa berganti pakaian terlebih dahulu,
Bagas langsung merebahkan tubuhnya di kasur yang sejak tadi siang ia rindukan.
Suara azan subuh membangunkan Bagas yang tertidur lelap. Ia memperhatikan dirinya yang masih berkemeja dan berkaos kaki. Ia segera bangkit untuk mandi dan salat subuh.
Pagi ini Bagas harus kembali ke kampus untuk melanjutkan menata ruangan yang belum tuntas kemarin.
Setelah sarapan bersama keluarganya, Bagas berpamitan kepada kedua orang tuanya.
“Jangan malam-malam pulangnya, Gas!” pesan Mama sambil menyodorkan tangannya.
“Siap, Ma!” jawab Bagas sambil mencium tangan mamanya.
Setibanya di kampus, Bagas langsung menuju tempat acara wisuda, untuk melanjutkan pekerjaan yang belum tuntas.
“Gas, tuh lihat, cewek lu dipepet terus sama si keriting,” ujar Akmal, teman satu jurusannya.
Bagas mengalihkan pandangannya ke arah yang ditunjuk oleh Akmal. Ia melihat Ketua Senatnya sedang asyik ngobrol dengan Ayudya. Pemuda bertubuh atletis itu bergegas menghampiri keduanya. Sudah cukup lama Bagas melihat gelagat tidak baik dari ketua Senatnya itu. Beberapa kali ia mendapati Ayudya berbincang-bincang dengan pemuda berambut keriting itu.
“Dy, bantuin ngedekor sebelah situ, yuk!” ajak Bagas sambil menarik tangan kekasihnya itu.
Ayudya terkejut akan kedatangan Bagas. Gadis berparas cantik itu merasa tidak enak. Ia lalu berpamitan kepada Ketua Senat berkaos coklat itu.
Selang beberapa menit, Bagas dan Ayudya terlibat pembicaraan serius. Bagas tidak suka kekasihnya itu terlalu dekat dengan siapa pun kecuali dirinya. Ia tidak mau kehilangan Ayudya yang sudah ia ikat dengan ucapannya beberapa minggu yang lalu. Kali ini Ayudya mengakui hanya membahas hal-hal ringan dengan laki-laki tadi. Namun, ia juga mengakui kalau Ketua Senatnya itu memang sering mendekatinya dan terlihat menaruh hati padanya.
“Kalau kamu ada masalah, cerita saja ke aku, jangan ke dia! Atau jangan-jangan Kamu suka sama dia?” ujar Bagas sambil menolehkan wajahnya ke arah Roni, Ketua Senatnya.
Ayudya tertawa menanggapi ucapan kekasihnya. Diraihnya tangan Bagas dan berusaha menenangkan lelaki pujaannya itu. Bagas tidak bergeming, rasa cemburu terlihat jelas di wajah Bagas. Akhir-akhir ini, memang Bagas tampak posesif terhadap dirinya. Laki-laki gagah yang telah mengisi hari-harinya itu sangat mencintainya. Rencana melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius pun pernah mereka bahas bersama.
Editor: Dina Ananti
#ajangfikminjoeraganartikel2021
Pick by: Pinterest