Aku adalah alat komunikasi yang digandrungi semua kalangan, dari muda sampai tua, dari anak-anak sampai manula. Aku mempunyai seorang saudara yang bernama telepon rumah. Sekarang ini, dia tidak sepopuler aku karena dianggap kurang praktis dan tidak bisa dibawa ke mana-mana.
Aku, pertama kali ditemukan oleh seorang ahli komputer yang bekerja di perusahaan Motorolla bernama Martin Chooper. Dulu, aku sangat besar dengan bobot sekitar delapan ratus gram juga baterai yang bertahan selama dua puluh menit.
Dari waktu ke waktu, aku mengalami perubahan yang signifikan. Hal itu disebabkan karena setiap pabrik selalu berinovasi dari tahun ke tahun untuk bisa menyempurnakanku. Mereka selalu bersaing untuk bisa menciptakanku agar bisa diterima oleh semua kalangan konsumen.
Mulai dari bobot yang besar menjadi kecil, kecepatan akses yang hanya 1G menjadi 4G, harga termurah sampai harga termahal hingga ketahanan baterai yang bertahan dalam hitungan menit menjadi hitungan hari. Aku dihias secantik mungkin untuk memikat hati pelanggan di beberapa gerai elektronik.
Bukan hanya untuk berkomunikasi, aku pun mempunyai beberapa kelebihan sehingga setiap orang membutuhkan kehadiranku untuk menunjang pekerjaan mereka karena kepintaran yang kumiliki.
Mas Ardi adalah salah satu orang yang tidak bisa jauh dariku karena selalu membantu pekerjaannya.
Suatu hari, majikanku mencari aku.
“Di mana, ya?” gumam Mas Ardi sambil mencariku ke mana-mana.
“Ma, lihat ponselku?” tanyanya.
“Enggak, Di! Coba kamu cari di bawah bantalmu!” jawab Ibunya.
Akhirnya, dia mencari sesuai petunjuk Ibunya dan menemukanku.
Mas Ardi mempunyai seorang kekasih yang bernama Dina. Wanita itu sangat pencemburu dan selalu overprotektif terhadap kekasihnya. Hampir setiap jam, dia selalu menanyakan keberadaan majikanku.
“Halo, Mas. Ada di mana?” tanya Dina
“Sedang di jalan. Tadi ponselku tertinggal di rumah. Kenapa?” jawab Mas Ardi.
“Mau ke mana lagi? Kan, sudah jamnya pulang kantor.”
“Ke kantor. Masih ada pekerjaan yang belum aku selesaikan.”
“Jam setengah delapan, aku tunggu di restoran biasa, ya,” pinta Dina.
“Oke,” jawab Mas Ardi.
Saat di restoran pun, Mas Ardi selalu memegangku dan melihat-lihat hasil pekerjaannya sehingga Dina cemburu. Karena kekasihnya lebih memilih melihatku daripada mendengarnya.
“Mas, kenapa sih, lihat hape terus? Aku cemburu!” rengek Dina mencari perhatian kekasihnya.
“Kok, cemburu?Ini kan, cuma ponsel. Kamu tadi ngomong apa? Maaf, aku enggak dengar?” tanya Mas Ardi.
“Ah, enggak jadi!” jawab Dina kesal sambil memalingkan muka.
Mas Ardi hanya bisa tersenyum melihat kelakuan kekasihnya.
Editor: Rizky Amellia Eshi
#ajangfikminjoeraganartikel2021