Malam ini Mira sangat senang, Radit mengajak makan malam di luar. Dia duduk di depan cermin berdandan secantik mungkin untuk menyenangkan hati suaminya. Dipoles bedak tipis-tipis di wajahnya, lalu diambil lipstik warna marun untuk menghiasi bibir merahnya.
Setelah selesai, dia cukup puas saat melihat pantulan dirinya di cermin. Bergegas dia keluar kamar, lalu menghampiri Radit yang sudah menunggunya di ruang tamu.
Keduanya lalu berpamitan pada anak-anak mereka, Rey, Alya, dan Alfi. Kali ini ketiga anak mereka tidak ikut serta dan Rey sebagai anak tertua bertanggungjawab menjaga adik-adiknya.
“Mau pesan apa?” tanya Radit
“Apa aja deh, yang penting enak,” sahut Mira sambil tersenyum manis.
“Ayah pesankan spageti sama es jeruk mau ya?”
“Boleh,” Mira mengangguk mengiyakan.
Suasana restoran saat itu tidak terlalu ramai tapi tidak juga sepi. Sayup-sayup terdengar alunan musik dan suara vokal penyanyi tanah air memanjakan telinga para pengunjung. Begitu pesanan mereka datang, langsung keduanya menyantap hidangan dalam diam.
“Mmm … Bun … ada sesuatu yang ingin Ayah sampaikan.” Ucapan Radit memecah kesunyian yang sempat menghinggapi mereka.
“Soal apa, Yah?”
“Mmm … Ayah jatuh cinta lagi, Bun.” Susah payah Radit menyampaikan hal yang selama ini dia pendam kepada istrinya. Mira hampir tersedak mendengar pengakuan suaminya itu.
“Maksud Ayah?” Mira bertanya, entah memang tidak mengerti perkataan suaminya atau berpura-pura tidak mengerti demi untuk menutupi keterkejutannya mendengar pernyataan Radit yang tiba-tiba.
“Iyaa … Ayah jatuh cinta lagi.” Kali ini Radit mengulang ucapannya dengan sangat hati-hati.
“Sama siapaa?” tanya Mira dengan suara bergetar. Tangannya mendadak basah oleh keringat, padahal udara di restoran cukup dingin dengan AC yang menyala di setiap sudut ruangan dan tangannya sibuk meremas-remas kain serbet yang berada di pangkuannya.
“Namanya Shinta, dia mahasiswi yang magang di kantor Ayah.”
“Kenapa hal ini harus terjadi, Yah?” Mira masih belum sepenuhnya mencerna seluruh perkataan Radit.
“Ayah sudah bilang, kalau Ayah jatuh cinta lagi dan perasaan ini timbul begitu saja,”
“Awalnya tak ada perasaan apa-apa diantara kami, tapi karena dia sering meminta tolong Ayah untuk membimbing tugas kuliahnya. Jadi, kami sering bertemu dan sering berdiskusi, dia orangnya ramah dan perhatian. Akhirnya, lama kelamaan Ayah jatuh cinta sama dia,” jelas Radit panjang lebar.
Mira tak mendengar ucapan Radit selanjutnya , pikirannya melayang-layang membayangkan bagaimana dia harus berbagi suami dengan perempuan lain Terbayang pula bagaimana reaksi anak-anak bila mendengar tentang ini.
Apa yang harus dia katakan mengenai ayah mereka? Apa yang harus dia lakukan? Bagaimana mungkin ini terjadi pada rumah tangga mereka? Apa yang salah dengan dirinya? Pertanyaan-pertanyaan yang timbul di alam pikirannya membuat Mira pening.
“Buun ….” Mira mendengar ada yang memanggilnya, namun suaranya terdengar amat jauh.
“Buun … buuun ….” Kali ini terdengar makin jelas.
“Buuun … bangun! Bunda mimpi yaa?” Mira membuka matanya, tampak suaminya duduk di sisi tempat tidur sambil memandang ke arahnya.
“Bunda lupa doa, ya, sebelum tidur? Jadi, mimpi buruk tuh! Wudu dulu, gih, biar tidurnya tenang,” perintah Radit pada istrinya.
*****
Tangerang, 5 januari 2019