Hai, Ladies !
Saat ini, kita tidak lagi membiasakan anak-anak untuk membantu melakukan pekerjaan rumah tangga sebagaimana yang dahulu lazim orang tua lakukan. Tidak seperti di masa lalu ketika hal itu lazim anak perempuan maupun anak laki-laki lakukan. Dahulu, bukanlah hal yang aneh jika kita mendapati anak perempuan menyapu setiap sore atau anak laki-laki yang bertanggung jawab untuk membersihkan halaman rumah.
Salah satu sebabnya adalah terjadi pergeseran gaya hidup masyarakat sekarang. Saat ini, banyak suami istri yang sama-sama bekerja di luar rumah sehingga yang mengerjakan tugas-tugas domestik adalah asisten rumah tangga (ART). Dengan kehadiran ART, pasangan suami istri tidak lagi membiasakan anak-anak untuk membantu pekerjaan rumah tangga, semuanya diserahkan kepada asisten.
Penyebab lainnya adalah ada sebagian masyarakat yang menganggap tugas anak hanyalah belajar agar mendapat nilai tinggi di sekolah. Dengan alasan ini, meminta anak melakukan pekerjaan rumah akan dianggap membebani mereka. Hal ini juga berlaku pada keluarga yang tidak mempunyai asisten.
Akibatnya, semua pekerjaan rumah menjadi tugas ibu. Padahal, membiasakan anak untuk melakukan pekerjaan rumah akan sangat baik bagi perkembangan mereka.
Banyak nilai yang bisa ditanamkan serta anak pelajari. Dengan membiasakan anak melakukan pekerjaan rumah tangga, kita pun mengajarkan tanggung jawab, kemandirian, dan empati.
Hal ini bisa dilakukan sejak anak masih balita. Ladies bisa mengawalinya dengan tugas-tugas ringan, seperti mengajak anak merapikan mainan yang telah selesai mereka gunakan, membuang kemasan makanan ringan ke tempat sampah, dan semacamnya.
Beban pekerjaan yang diberikan bisa ditambah sesuai usia. Misalnya saat anak sudah masuk sekolah dasar, Ladies bisa memintanya merapikan tempat tidur.
Dengan mendapatkan tanggung jawab seperti ini, anak akan makin terbiasa untuk berdisiplin dan mengatur waktunya seiring dengan bertambah usianya. Sebagai contoh, anak yang diberi tugas menyapu rumah setiap sore akan belajar mengatur waktu antara bermain dengan teman-teman dan menyelesakan tugasnya.
Selain itu, anak juga akan belajar berempati dan peka terhadap lingkungan. Pernahkah Ladies melihat seorang anak yang tetap asyik dengan ponselnya sambil rebahan di sofa, padahal ibunya sedang repot membersihkan rumah? Hal itu menunjukkan tidak tumbuhnya empati dalam diri anak sehingga ia tidak peka terhadap sekitarnya. Penyebab hal ini bisa jadi karena anak tidak dibiasakan membantu orang tuanya.
Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan agar anak terbiasa melakukan pekerjaan rumah tanpa merasa terpaksa dan terbebani.
1. Biasakan Sejak Kecil
Semua hal akan lebih mudah jika sejak kecil telah biasa melakukan pekerjaan rumah. Namun, jika selama ini anak belum melakukannya dan Ladies ingin mulai menerapkan hal itu, jangan khawatir, tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu yang baik, bukan?
2. Mulai dari Hal-Hal Kecil
Ajaklah anak untuk merapikan mainannya sendiri, membuang sampah pada tempatnya, atau menaruh sandal dan sepatu di rak sepatu.
3. Beri Tanggung Jawab Sesuai Usia
Jika pada anak balita kita hanya membiasakan hal-hal sederhana. Untuk anak yang lebih besar, kita bisa memberinya tanggung jawab lebih besar, misalnya menyapu seluruh rumah, mengurus hewan peliharaan, serta menjaga kebersihan dan kerapian kamarnya sendiri.
4. Adil
Hal ini berlaku bagi keluarga yang memiliki lebih dari satu anak dengan usia yang sebaya. Anak akan merasa ibunya tidak adil jika yang satu terus-menerus diberi tugas menyapu, sementara yang lain cuma memberi makan kucing, misalnya. Hal ini bisa kita siasati dengan menerapkan sistem piket. Buat daftar pekerjaan rumah yang bisa anak-anak kerjakan, lalu diputar setiap minggu.
Agar lebih menyenangkan, Ladies bisa mengajak anak-anak dan suami untuk bekerja bersama-sama, misalnya membersihkan rumah pada hari Minggu. Sambil bercanda dan bersenda gurau, pekerjaan akan terasa ringan.
Kereeeen!!!